BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Laju pertumbuhan pohon dan macam pohon apa yang tumbuh di suatu lokasi
tentunya selalu terdapat hal tentang peran yang diberikannya, baik secara
material maupun non-material. Peran ataupun manfaat yang diberikan ditunjak
oleh beberapa factor diantaranya factor fisiologis. Factor fisiologis yang tak
kala pentingnya untuk suatu tumbuhan dalam prospect pemanfaatannya secara fisik
meliputi tinggi bebas cabang atau TBC,diameter, volume dan juga tinggi
totalnya.
Tectona grandis yang merupakan salah satu tanaman yang mempunyai nilai
guna yang tinggi adalah salah satu dari beberapa tanaman yang dibahas dalam
silvikultur.Tidak jauh dari silvikultur tersebut ilmu pengetahuan yang
mempelajari juga tentang Tectona grandis ini juga adalah silvika.Silvika adalah
ilmu tentang sejarah dan aspek biologi dari sutau tanaman dalam suatu hutan
maupun pada suatu tegakan. Hal ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui
manfaat dari suatu tanaman dalam hutan maupun tegakan melaui keadaan diameter,
volume dan TBC dari suatu pohonkemudian selanjutnya akan pemanfaatan
sesungguhnya diterapkan melalui bidang ilmu lainnya, seperti silvikultur.
Berdasarkan hal inilah kegiatan praktek lapang mata kuliah silvika dilaksanakan
agar para mahasiswa dapat mengetahui evaluasi tegakan,komposisi tegakan Tectona grandis dan mempraktekkan secara
langsung cara memperoleh diameter, TBC, volume dan tinggi total dari Tectona
grandis sebagai dasar dan bahan untuk bekal selanjutnya dalam memepelajari ilmu
kehutanan.
B. Tujuan praktikum
Praktek lapang yang berlokasi pada tegakan jati Tectona grandis Fakultas sastra Universitas Hasanuddin bertujuan
agar praktikan dalam hal ini mahasiswa kehutanan yang mengambil mata kuliah
Silvika dapat:
·
Mengetahui struktur tegakan yang terdapat
dilokasi praktikum.
·
Mengetahui komposisi dari tegakan padalokasi
praktikum.
C. Kegunaan praktikum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Ilmu Silvika
Dan Penerapannya
Silvika
adalah Ilmu yang mirip atau equivalen dengan ilmu ekologi hutan.Sebab, silvika
merupakan cabang ilmu ekologi yang mempelajari kehidupan dari pohon dalam hutan
dan sejarah hidup serta sifat-sifat umum dari pohon-pohon dan tegakan terhadap
faktor-faktor lingkungan.Jadi, ilmu silvika adalah ilmu yang mempelajari
sejarah hidup dan ciri-ciri umum pohon beserta tegakan hutan dalam kaitannya
dengan faktor-faktor lingkungan.Ahli silvika memandang hutan sebagai suatu
bentuk kompleks yang tersusun atas unit-unit vegetasi yang terkait dengan
faktor habitat yang berbeda. Seorang ahli silvika akan selalu menghubungkan
vegetasi hutan dengan pengaruhnya terhadap lingkungan. Hutan secara menyeluruh
dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang mewujudkan suatu kualitas tempat tumbuh
dari kapasitas berproduksi wilayah hutan ( Irwanto, 2006).
Silvikultur
Merupakan suatu ilmu dan seni menghasilkan serta memelihara hutan dengan
menggunakan pengetahuan silvika untuk memperlakukan hutan serta mengendalikan
susunan dan pertumbuhannya. llmu silvi kultur analog dengan ilmu agronomi dan
hortikultural di bidang pertanian karena membicarakan cara-cara membudidayakan
tumbuhan. Silvikultur dibagi menjadi dua bagian, yakni silvika dan silvikultur,
di mana silvika sebagai dasar teori dan silvikultur sebagai pelaksanaan di
lapangan. Seperti suatu pohon akan mampu hidup dan berkembang apabila ditanam
dalam tapak yang telah dipilih serta harus ditanam secara vegetatif ataupun generative
( Irwanto, 2006).
Menurut
Pasaribu (2012) silvika “Peranannya adalah pengelolaan hutan dengan baik dengan
memperhatikan keadaan biologisnya dan juga bermanfaat bagi kehidupan manusia
untuk dapat menguasai seni dalam menghasilkan hutan. Pemanfaatan ilmu tersebut
mutlak diperlukan.”
Dewasa ini, Jati yang terkenal
dengan kayu mewah karena kekuatan dan keawetannyamerupakan salah satu tanaman
yang berkembang baik di Indonesia.Hal ini tercemin daritelah tumbuhnya tanaman
jati sejak tahun 1842.Jati merupakan salah satu spesies daerahtropis yang
bersifat desiduous yaitu menggugurkan daunnya pada musim kemarau.
Penyebarannya di Indonesia terjadi
secara alami dengan daerah pertumbuhan terutama dijawa.Hutan jati di Jawa saat
ini merupakan hutan buatan bukan hutan alam sebagaiakibat dari sistem
pengelolaan tebang habis yang disusul dengan penanaman kembali hutan tersebut.
Sistematika Jati yang dikemukakan oleh Samuel dan Arlene (1979)
adalah
sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Sub Class : Asteridae
Ordo : Lamiales
Familia : Verbenaceae
Genus : Tectona
Species :Tectona grandis
L.F.
Persebaran dan Persyaratan Tumbuh
Berbagai formasi hutan Jati
dikelompokkan menjadi tiga tipe utama, yaitu: formasi Jati alami lembab ( curah
hujan tahunan1500-2500 mm), formasi jati alamikering (curah hujan tahunan
760-1500 mm) dan formasi Jati Indonesia (curah hujantahunan 1200 – 2000 mm).
Tanah yang paling cocok untuk jati ialah aluvial-koluvialyang dalam,
berdrainase baik, subur, dengan pH tanah 6.5 – 8.0 dan kandungan Ca danP yang
cukup tinggi. Jati tidak tahan genangan air atau tanah laterit miskin hara,
nemunmerupakan jenis pionir berumur panjang. Persebaran Jati di Asia terletak
pada 25,5° LUsampai dengan 9° LS. Di Indonesia tegakan jati alam yang agak luas
terdapat di Jawa (baratlaut, tengah dan timur), Pulau Kangean, Muna, Sumba dan
Bali.Jadi persebaran terbatas padatempat-tempat dimana terdapat iklim yang
nyata yaitu iklim kemarau periodik.Penerapan ilmu silvika dapat diaktualisasi
seperti peristiwa diatas Karena dengan silvika kita mampu mengetahui
tentang sejarah hidup dan ciri-ciri umum dari berbagai macam pohon-pohon hutan
dan tegakan dengan penekanan pada faktor-faktor setempat.
B. Sistematika tegakan
Menurut Heyne (1987), tanaman jati memiliki nama
daerah bermacam-macam, seperti teaka, teackbaum (Jerman), teak (Inggris), jati,
jatos (Jawa), dan nama daerah lainya kyan (Myanmar), sagwan (India), maisak
(Thailand), teck (Perancis), teca (Brazillia), Java teak (Jerman). Sistematika
secara ilmiah jati (Tectona grandis Lf.) seperti yang dikutip dari Lawrence
(1958) sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Lamiales
Sub ordo : Verbenales
Familia : Verbenaceae
Genus : Tectona
Species : Tectona grandis L.f.
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Lamiales
Sub ordo : Verbenales
Familia : Verbenaceae
Genus : Tectona
Species : Tectona grandis L.f.
Sama halnya Menurut
Troup (1966), tanaman jati memiliki nama daerah bermacam-macam seperti Teak
(Inggris), Sagun (India), Sag, Sagwan didaerah Mardi (Bombay), Tegu, Tegina
didaerah Kanara (Bombay), Thekku (Malabar) dan kayu (Burma). Dalam bahasa
Melayu dan Jawa disebut Jati dan Kayu Jati (Poerwokoesoemo, 1956). Istilah lain
untuk pohon jati adalah Quercus indica (Bontius, dalam buku Poerwojcoesoemo,
1956).
Sistem perakaran pada tanaman
Jati (Tectona grandis) terdir dari akar tunggang, akar cabang, dan akar
permukaan.Pada saat akar tumbuh dengan cepat sehingga tanaman memiliki
perakaran yang banyak dan panjang.
Perakaran Jati (Tectona
grandis) pada umumnya panjang dan kuat.
Batang pohon Jati (Tectona grandis) dapat mencapai 45 m, sedangkan batas batang bebas cabang 15-20 meter, diameter mencapai 220 cm (umumnya 50 cm ). Tajuk Jati (Tectona grandis) berwarna hijau, tidak rapat, dan umumnya menggurkan daunnya pada musim kemarau untuk menyesuaikan dirinya.
Daun Jati (Tectona grandis) berbentuk bulat lonjong, ujung daun tumpul dan ber warna agak kusam, berwarna cokelat setelah mati.Jati (Tectona grandis) umumnya berbunga pada bulan Oktober – Mei atau Juni dan sangat tergantung pada musim.Bunga Jati (Tectona grandis) berbentuk mala yang sangat besar dengan bunga-bunga kecil yang letaknya sangat rapat dan berbau harum.Buah Jati (Tectona grandis) berbentuk bulat, memiliki kulit yang tipis, dan biasanya berada dekat bunga, buah masak pada bulan Juli – Desember.
Pohon besar dengan batang yang bulat lurus, tinggi total mencapai 40 m. Batang bebas cabang (clear bole) dapat mencapai 18-20 m. Pada hutan-hutan alam yang tidak terkelola ada pula individu jati yang berbatang bengkok-bengkok. Sementara varian jati blimbing memiliki batang yang berlekuk atau beralur dalam; dan jati pring (Jw., bambu) nampak seolah berbuku-buku seperti bambu. Kulit batang coklat kuning keabu-abuan, terpecah-pecah dangkal dalam alur memanjang batang.
Batang pohon Jati (Tectona grandis) dapat mencapai 45 m, sedangkan batas batang bebas cabang 15-20 meter, diameter mencapai 220 cm (umumnya 50 cm ). Tajuk Jati (Tectona grandis) berwarna hijau, tidak rapat, dan umumnya menggurkan daunnya pada musim kemarau untuk menyesuaikan dirinya.
Daun Jati (Tectona grandis) berbentuk bulat lonjong, ujung daun tumpul dan ber warna agak kusam, berwarna cokelat setelah mati.Jati (Tectona grandis) umumnya berbunga pada bulan Oktober – Mei atau Juni dan sangat tergantung pada musim.Bunga Jati (Tectona grandis) berbentuk mala yang sangat besar dengan bunga-bunga kecil yang letaknya sangat rapat dan berbau harum.Buah Jati (Tectona grandis) berbentuk bulat, memiliki kulit yang tipis, dan biasanya berada dekat bunga, buah masak pada bulan Juli – Desember.
Pohon besar dengan batang yang bulat lurus, tinggi total mencapai 40 m. Batang bebas cabang (clear bole) dapat mencapai 18-20 m. Pada hutan-hutan alam yang tidak terkelola ada pula individu jati yang berbatang bengkok-bengkok. Sementara varian jati blimbing memiliki batang yang berlekuk atau beralur dalam; dan jati pring (Jw., bambu) nampak seolah berbuku-buku seperti bambu. Kulit batang coklat kuning keabu-abuan, terpecah-pecah dangkal dalam alur memanjang batang.
Pohon jati (Tectona grandis
sp.) dapat tumbuh meraksasa selama ratusan tahun dengan ketinggian 40-45 meter
dan diameter 1,8-2,4 meter. Namun, pohon jati rata-rata mencapai ketinggian
9-11 meter, dengan diameter 0,9-1,5 meter.Pohon jati yang dianggap baik adalah
pohon yang bergaris lingkar besar, berbatang lurus, dan sedikit cabangnya. Kayu
jati terbaik biasanya berasal dari pohon yang berumur lebih daripada 80 tahun.
Daun umumnya besar, bulat telur terbalik, berhadapan, dengan tangkai yang sangat pendek. Daun pada anakan pohon berukuran besar, sekitar 60-70 cm × 80-100 cm; sedangkan pada pohon tua menyusut menjadi sekitar 15 × 20 cm. Berbulu halus dan mempunyai rambut kelenjar di permukaan bawahnya. Daun yang muda berwarna kemerahan dan mengeluarkan getah berwarna merah darahapabila diremas.Ranting yang muda berpenampang segi empat, dan berbonggol di buku-bukunya.
Daun umumnya besar, bulat telur terbalik, berhadapan, dengan tangkai yang sangat pendek. Daun pada anakan pohon berukuran besar, sekitar 60-70 cm × 80-100 cm; sedangkan pada pohon tua menyusut menjadi sekitar 15 × 20 cm. Berbulu halus dan mempunyai rambut kelenjar di permukaan bawahnya. Daun yang muda berwarna kemerahan dan mengeluarkan getah berwarna merah darahapabila diremas.Ranting yang muda berpenampang segi empat, dan berbonggol di buku-bukunya.
Jati menyebar mulai dari India,
Myanmar, Laos, Kamboja, Thailand, Indochina, sampai ke Jawa.Jati tumbuh di
hutan-hutan gugur, yang menggugurkan daun di musim kemarau. Menurut sejumlah
ahli botani, jati merupakan spesies asli di Burma, yang kemudian menyebar ke
Semenanjung India, Muangthai, Filipina, dan Jawa.Sebagian ahli botani lain
menganggap jati adalah spesies asli di Burma, India, Muangthai, dan
Laos.Sekitar 70% kebutuhan jati dunia pada saat ini dipasok oleh Burma.Sisa
kebutuhan itu dipasok oleh India, Thailand, Jawa, Srilangka, dan Vietnam.Namun,
pasokan dunia dari hutan jati alami satu-satunya berasal dari Burma.Lainnya
berasal dari hasil hutan tanaman jati.
Jati paling banyak tersebar di Asia.Selain di keempat negara asal jati dan Indonesia, jati dikembangkan sebagai hutan tanaman di Srilangka (sejak 1680), Tiongkok (awal abad ke-19), Bangladesh (1871), Vietnam (awal abad ke-20), dan Malaysia (1909).
Jati paling banyak tersebar di Asia.Selain di keempat negara asal jati dan Indonesia, jati dikembangkan sebagai hutan tanaman di Srilangka (sejak 1680), Tiongkok (awal abad ke-19), Bangladesh (1871), Vietnam (awal abad ke-20), dan Malaysia (1909).
Iklim yang cocok adalah yang
memiliki musim kering yang nyata, namun tidak terlalu panjang, dengan curah
hujan antara 1200-3000 mm pertahun dan dengan intensitas cahaya yang cukup
tinggi sepanjang tahun. Ketinggian tempat yang optimal adalah antara 0 – 700 m
dpl; meski jati bisa tumbuh hingga 1300 m dpl Sekitar 70% kebutuhan jati dunia
pada saat ini dipasok oleh Burma. Sisa kebutuhan itu dipasok oleh India,
Thailand, Jawa, Srilangka, dan Vietnam.Namun, pasokan dunia dari hutan jati
alami satu-satunya berasal dari Burma.Lainnya berasal dari hasil hutan tanaman
jati.Jati paling banyak tersebar di Asia.Selain di keempat negara asal jati dan
Indonesia, jati dikembangkan sebagai hutan tanaman di Srilangka (sejak 1680),
Tiongkok (awal abad ke-19), Bangladesh (1871), Vietnam (awal abad ke-20), dan
Malaysia (1909).
Iklim yang cocok adalah
yang memiliki musim kering yang nyata, namun tidak terlalu panjang, dengan
curah hujan antara 1200-3000 mm pertahun dan dengan intensitas cahaya yang
cukup tinggi sepanjang tahun. Ketinggian tempat yang optimal adalah antara 0 –
700 m dpl; meski jati bisa tumbuh hingga 1300 m dpl.Tegakan jati sering
terlihat seperti hutan sejenis, yaitu hutan yang seakan-akan hanya terdiri dari
satu jenis pohon. Ini dapat terjadi di daerah beriklim muson yang begitu
kering, kebakaran lahan mudah terjadi dan sebagian besar jenis pohon akan mati
pada saat itu. Tidak demikian dengan jati.Pohon jati termasuk spesies pionir
yang tahan kebakaran karena kulit kayunya tebal.Lagipula, buah jati mempunyai
kulit tebal dan tempurung yang keras.Sampai batas-batas tertentu, jika
terbakar, lembaga biji jati tidak rusak. Kerusakan tempurung biji jati justru
memudahkan tunas jati untuk keluar pada saat musim hujan tiba.
Guguran daun lebar dan
rerantingan jati yang menutupi tanah melapuk secara lambat, sehingga
menyulitkan tumbuhan lain berkembang. Guguran itu juga mendapat bahan bakar
yang dapat memicu kebakaran yang dapat dilalui oleh jati tetapi tidak oleh
banyak jenis pohon lain. Demikianlah, kebakaran hutan yang tidak terlalu besar
justru mengakibatkan proses pemurnian tegakan jati: biji jati terdorong untuk
berkecambah, pada saat jenis-jenis pohon lain mati. Pada masa lalu, jati sempat
dianggap sebagai jenis asing yang dimasukkan (diintroduksi) ke Jawa; ditanam
oleh orang-orang Hindu ribuan tahun yang lalu. Namun pengujian variasi isozyme
yang dilakukan oleh Kertadikara (1994) menunjukkan bahwa jati di Jawa telah
berevolusi sejak puluhan hingga ratusan ribu tahun yang silam (Mahfudz dkk.,
t.t. ). Karena nilai kayunya, jati kini juga dikembangkan di luar daerah
penyebaran alaminya.Di Afrika tropis, Amerika tengah, Australia, New Zealand,
Pasifik dan Taiwan.
C. Struktur tegakan
Berdasarkan
kedudukan dalam tegakan, tegakan ini memiliki stratifikasi tajuk antara lain
(Paembonan, 2012) :
Ø
Pohon dominan, artinya adalah tajuknya menonjol
paling atas sehingga mendapat cahaya penuh dari atas dan dari samping.
Ø
Pohon Co – Dominan, adalah pohon yang tidak
setinggi pohon dominan tajuknya masih mendapat cahaya dari atas, meski dari
samping terhalang sebagian besar dari pohon dominan.
Ø
Pohon pertengahan, adalah tajuknya dibawah pohon
dominan dan Co – dominan, masih mendapat cahaya dari atas sedikit tetapi tidak
lagi dari samping.
Ø
Pohon tertekan, adalah pohon dimana tajuknya
samam sekali tertutup oleh pohon a, b, dan c tersebut diatas, hanya mendapat
cahaya matahari yang dapat menembus lapisan diatasnya.
Ø
Pohon mati, adalah termasuk pohon – pohon yang
mati dan sedang dalam proses kematian.
Toleransi adalah kemampuan
suatu jenis pohon untuk hidup dan tumbuh serta berproduksi pada suatu kondisi
lingkungan tempat tumbuh tertentu.
Toleransi mutlak adalah kemampuan suatu
jenis pohon untuk hidup dan tumbuh pada suatu kondisi tempat tumbuh yang
ekstrim:
-
Panas
(daerah gunung berapi)
-
Dingin
(daerah alpine, tundra)
-
Kekeringan
(musim kemarau kering)
-
jenuh
air (mangrove dan rawa).
Toleransi relatif adalah kemampuan
suatu jenis pohon untuk tumbuh dan berproduksi di bawah naungan dan di dalam
kompetisi dengan pohon-pohon lain.
Klasifikasi
Toleransi Jenis Pohon (Paembonan, 2012).
Pohon Toleran : jenis pohon
yang mampu tumbuh dan berproduksi
di bawah naungan selama hidupnya (membutuhkan sedikit cahaya).
Pohon semitoleran : jenis pohon
yang membutuhkan naungan pada waktu masih muda tetapi membutuhkan cahaya penuh
pada saat dewasa atau jenis yang membutuhkan cahaya sedang.
Pohon intoleran (Pohon Cahaya) :
jenis pohon yang membutuhkan
cahaya dalam pertumbuhan nya mulai dari semai sampai dewasa.
D. Komposisi tegakan
Komposisi tegakan pada hutan jati:
- Tanaman pokok, dalam hutan jati tanaman pokok yaitu
tanaman jati itu sendiri.
- Tanaman pengisi, bertujuan untuk mengurangi segi negatif dari penanaman monokultur, persyaratan: perakaran dalam, hijau sepanjang tahun, tumbuh lambat, tahan naungan dan teduh, strata di bawah tanaman pokok. Fungsi: menguragi efek monokultur, mengatur siklus hara, tempa berlindung satwa. Jenis: cendana, eboni, kesambi, bungur, ploso, woni, dll.
- Tanaman pengisi, bertujuan untuk mengurangi segi negatif dari penanaman monokultur, persyaratan: perakaran dalam, hijau sepanjang tahun, tumbuh lambat, tahan naungan dan teduh, strata di bawah tanaman pokok. Fungsi: menguragi efek monokultur, mengatur siklus hara, tempa berlindung satwa. Jenis: cendana, eboni, kesambi, bungur, ploso, woni, dll.
- Tanaman Sela, Persyaratan: tidak merugikan tanaman
pokok (tidak merambat, tidak memberikan saingan perakaran, tidak terlalu cepat
tumbuh), dapat menutup tanah dengan cepat, akar dalam, tahan api, dan
melindungi tanah. Fungsi: Mencegah erosi-longsor, sekat bakar, tempat
berlindung satwa, mampu mengatur siklus hara, mengikat N. Jenis: lamtoro,
kemlandingan, glerecidea.
- Tanaman Tepi dan pagar , Persyaratan: musim kemarau
hijau sepanjang tahun. Fungsi: mencegah erosi-longsor, sekat bakar, tempat
berlindung satwa. Jenis: Asam, Woni, E.alba, Salam, ploso, johar dll.
- Tumbuhan Bawah, berdasarkan penelitian di KPH
Kendal pada KU III-VI (Marsono, 1986), terdapat 55 jenis tumbuhan bawah.
Jenis Hoplismenus burmanii,
Isachne globosa, Eupatorium inofolium, Centrosoma imberbi berturut-turut
merupakan jenis yang relative tertinggi dominansinya dan paling banyak
dijumpai.Masing-masing jenis tumbuhan bawah tersebut ditemukan berasosiasi
positif atau baik dengan masing-masing jenis tersebut. Ini menunjukkan bahwa
jenis-jenis tersebut mempunyai kesamaan adaptasi dan respon terhadap keadaan
lingkungan yang sama. Dari penelitian ditemukan juga bahwa ada 8 jenis tumbuhan
bawah yang merupakan jenis-jenis yang mampu bertahan dan mempunyai kemampuan
tumbuh dan daya survival yang lebih baik dibandingkan jenis-jenis tumbuhan
bawah yang lain walaupun dipengaruhi oleh kerapatan tegakan yang berbeda-beda.
Jenis tersebut adalah Eupatorium odoratum, Cyrtococcuma patents, Ficus montana,
Hyptis capitata, Hemigrafis sp, Oplismenus compositus, Sida javensis dan Shutria
sp. (Anisah, L.N et.al. 2002)Cromolaena odorata L (kerinyu) dan Lantana camara
(tembelekan) juga banyak ditemukan sebagai tumbuhan bawah yang berada di bawah
tegakan jati mempunyai tingkat kolonisasi dan kepadatan spora FMA ( Fungi
Mikoriza Arbuskula) yang tinggi. Keberadaan FMA sebagai agen hayati
membantu/menambah ketersediaan hara dan ketahanan tanaman terhadap serangan
hama penyakit pada tanaman inangnyatermasuk jati yang juga bersimbiosa dengan
FMA.Klasifikasi tumbuhan bawah pada tegakan jati:1) kategori tanaman pangan 46
jenis, 2) tanaman obat-obatan 55 jenis, 3) tanaman rempah-rempah 8 jenis, 4)
tanaman hijauan makanan ternak 26 jenis, 5) tanaman industri 20 jenis, 6) kayu
bakar 38 jenis, 7) tanaman beracun 4 jenis dan 8) tanaman hias 15 jenis.Keanekaragaman
jenis tumbuhan bawah di bawah tegakan jati bervariasi.Variasi jenis tersebut
tidak dipengaruhi oleh umur masing-masing kelas umur tegakan jati.Secara umum
jenis-jenis tumbuhan bawah tumbuh dan berkembang sesuai dengan tuntutan
lingkungan untuk berkembang dan tidak dipengaruhi oleh umur tegakan jati.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
1.
Waktu
Praktek lapang ini dilaksanakan pada hari Sabtu,
12 Mei 2012, pukul 15.00 WITA – selesai.
2.
Tempat
Praktek ini dilaksanakan pada tegakan jati Tectona grandis Fakultas Sastra,
Universitas Hasanuddin Makassar.
B. Alat dan Bahan
1. Alat digunakan pada pengukuran
tinggi, diameter dan struktur tajuk adalah sebagai berikut :
·
Pita meter
·
Roll meter
·
Abney level
·
Kamera dijital
·
Alat tulis menulis
2. Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini
adalah sebagai berikut :
·
Taly sheet digunakan sebagai tempat untuk
mencatat data hasil pengukuran.
·
Tali rafia digunakan untuk member tanda batas
wilayah praktikum.
·
Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pohon jenis jati (Tectona grandisL.f.)
pada berbagai diameter. Yang ingin diketahui adalah habitus pohon, Tinggi total
dan tinggi bebas cabang, proyeksi tajuk, asosiasi dan kerapatan pohon.
C. Prosedur Kerja
a. Memilih
dan mengamati keadaan lokasi tempat pengukuran pohon.
b. Membuat
plot dengan ukuran 15x15 meter dengan menggunakan roll meter dan memberi tanda
dengan tali raffia.
c. Melakukan
pengukuran jarak datar dari pohon ke pengamat dengan menggunakan jarak 10
meter.
d. Menembakkan
sudut elevasi ke cabang pertama pohon dengan menggunakan abney level untuk
memperoleh nilai TBC.
e. Menembakkan
sudut elevasi ke atas tajuk pohon dengan menggunakan abney level.
f. Setelah
itu mengukur tinggi pengamat dari kaki sampai mata.
g. Untuk
mengukur diameter batang pohon, terlebih dahulu dilakukan pengukuran keliling
pohon menggunakan pita meter setinggi dada orang dewasa atau ± 1,3 m. kemudian
mensubtitusikan keliling yang diperoleh kedalam rumus D= k/π.
h. Mencatat
semua data yang didapatkan untuk menghitung TBC,Ttot, VTT, VTB dan LBDS dengan
menggunakan rumus.
i.
Memotret struktur tajuk yang di amati.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel Hasil Pengukuran
Dimensi Pohon Dalam Tegakan
Tectona grandis
NO
|
Jenis Pohon
|
K (cm)
|
α 1◦
|
α 2◦
|
D (cm)
|
TBC (m)
|
T.Tot.
|
VTB
(m3 )
|
VTT
(m3)
|
LBDS
(m2)
|
1
|
Tectona
grandis
|
70
|
50
|
55
|
22,29
|
13,47
|
15,83
|
0,525
|
0.617
|
0,039
|
2
|
Tectona
grandis
|
61
|
40
|
65
|
19,42
|
9,94
|
22,99
|
0,288
|
0,666
|
0,029
|
3
|
Tectona
grandis
|
60
|
50
|
55
|
19,10
|
13,47
|
15,83
|
0,377
|
0,443
|
0,028
|
4
|
Tectona
grandis
|
41
|
30
|
50
|
13,05
|
7,32
|
13,47
|
0,095
|
0,175
|
0,013
|
5
|
Tectona
grandis
|
24
|
50
|
60
|
7,92
|
13,47
|
18,87
|
0,066
|
0,092
|
0,0049
|
6
|
Tectona
grandis
|
55,3
|
40
|
50
|
17,61
|
9,94
|
13,47
|
0,238
|
0,323
|
0,024
|
7
|
Tectona
grandis
|
62
|
45
|
60
|
19,74
|
11,55
|
18,87
|
0,346
|
0.566
|
0,030
|
8
|
Tectona
grandis
|
52
|
40
|
60
|
16,56
|
9,94
|
18,87
|
0,208
|
0.396
|
0,021
|
9
|
Tectona
grandis
|
75
|
25
|
50
|
23,89
|
6,21
|
13,47
|
0,273
|
0,592
|
0,044
|
10
|
Tectona
grandis
|
47
|
50
|
60
|
14,96
|
13,47
|
18,87
|
0,228
|
0,320
|
0,017
|
11
|
Tectona
grandis
|
53
|
35
|
45
|
16,87
|
8,55
|
11,55
|
0,188
|
0,254
|
0,022
|
12
|
Tectona
grandis
|
66,9
|
45
|
65
|
21,33
|
11,55
|
22,99
|
0,404
|
0.804
|
0,035
|
13
|
Tectona
grandis
|
59,9
|
40
|
45
|
19,1
|
9,94
|
11,55
|
0,278
|
0,323
|
0,028
|
14
|
Tectona
grandis
|
61,6
|
40
|
55
|
19,63
|
9,94
|
15,83
|
0,298
|
0,474
|
0,030
|
15
|
Tectona
grandis
|
75,9
|
35
|
60
|
24,2
|
8,55
|
18,87
|
0,384
|
0,849
|
0,045
|
16
|
Tectona
grandis
|
54
|
60
|
65
|
17,19
|
18,87
|
22,99
|
0,434
|
0,528
|
0,023
|
17
|
Tectona
gradins
|
46
|
45
|
53
|
17,83
|
11,55
|
14,82
|
0,277
|
0,355
|
0,024
|
18
|
Tectona
grandis
|
47,4
|
45
|
55
|
15,09
|
11,55
|
15,83
|
0,196
|
0.269
|
0,017
|
19
|
Tectona
grandis
|
50,4
|
45
|
55
|
16,05
|
11,55
|
15,83
|
0,231
|
0.316
|
0,020
|
20
|
Tectona
grandis
|
50,8
|
50
|
55
|
16,17
|
13,47
|
15,83
|
0,276
|
0.324
|
0,0205
|
21
|
Tectona
grandis
|
49,8
|
30
|
45
|
15,85
|
7,32
|
11,55
|
0,139
|
0,277
|
0,0197
|
22
|
Tectona
grandis
|
55,5
|
45
|
55
|
17,67
|
11,55
|
15,83
|
0,277
|
0,379
|
0,024
|
23
|
Tectona
grandis
|
60,2
|
30
|
50
|
19,17
|
7,32
|
13,47
|
0,204
|
0,377
|
0,028
|
24
|
Tectona
grandis
|
57
|
50
|
55
|
18,15
|
13,47
|
15,83
|
0,336
|
0,395
|
0,025
|
25
|
Tectona
grandis
|
52
|
35
|
55
|
16,56
|
8,55
|
15,83
|
0,179
|
0,332
|
0,021
|
26
|
Tectona
grandis
|
29
|
20
|
35
|
9,23
|
5,19
|
8,55
|
0,035
|
0.058
|
0.0069
|
27
|
Tectona
grandis
|
61,2
|
45
|
70
|
19,49
|
11,55
|
29,02
|
0,334
|
0,841
|
0,029
|
28
|
Tectona
grandis
|
61,5
|
35
|
60
|
19,58
|
8,55
|
18,87
|
0,256
|
0,566
|
0,030
|
29
|
Tectona
grandis
|
57
|
30
|
45
|
18,15
|
7,32
|
11,55
|
0,183
|
0,288
|
0,025
|
30
|
Tectona
grandis
|
51
|
30
|
60
|
16,24
|
7,32
|
18,87
|
0,146
|
0.377
|
0,020
|
31
|
Tectona
grandis
|
59
|
25
|
35
|
18,78
|
6,21
|
8,55
|
0,167
|
0,230
|
0,027
|
32
|
Tectona
grandis
|
29,1
|
30
|
45
|
9,26
|
7,32
|
11,55
|
0,049
|
0,077
|
0,0067
|
33
|
Tectona
grandis
|
49,5
|
45
|
60
|
15,76
|
11,55
|
18,87
|
0.219
|
0,358
|
0,019
|
34
|
Tectona
grandis
|
61,2
|
40
|
45
|
19,49
|
9,94
|
11,55
|
0,288
|
0,334
|
0,029
|
35
|
Tectona
grandis
|
64
|
45
|
50
|
20,38
|
11,55
|
13,47
|
0,369
|
0,431
|
0,032
|
Keterangan :
Jarak datar pengukuran : 10 meter
Tinggi pengamat : 1,55 meter
Gambar I. Profil Vertikal Tegakan Jati Di Kawasan Halaman
Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin :
Gambar II. Profil Vertikal Tegakan Jati Di Kawasan Halaman
Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin :
B. Pembahasan
1. Sebaran kelas diameter
Berdasarkan data yang
diperoleh dari hasil praktek lapang yang berlokasi pada tegakan jati fakultas
sastra universitas hasanuddin dengan ukuran plot 15x15 meter dan jumlah
pohon 35.Pada tegakan tersebut masing –
masing pohon memiliki diameter dan tinggi yang berbeda. Hal ini disebabkan
adanya kompetisi antara pohon yang satu dengan pohon yang lain, baik dalam
persaingan dalam memperoleh unsur –
unsur hara, air, garam mineral, maupun dalam memperoleh cahaya matahari yang
sangat berguna dalam proses fotosintesis dalam pertumbuhan pohon. Pohon yang
satu dengan yang lain memiliki perbedaan diameter dan tinggi, walaupun berada
dalam tegakan seumur. Namun pohon jati ini memiliki keliling batang dengan
rata-rata 54,86 cm dengan tinggi pohon rata – rata 18,05 cm. Hal ini disebabkan
oleh faktor tempat tumbuh merupakan
faktor yang mempengaruhi diameter dan tinggi pohon. Kerena tempat tumbuh mampu memberikan produktivitas
tanah untuk pertumbuhan.
Dapat diketahui pula
berdasarkan tabel data hasil pengukuranbahwa sebaran kelas diametertegakan Jati
Tectona grandis, yaitu antara 7,92 cm yang merupakan diameter
terkecil sampai dengan 24,2 cm yang merupakan diameter terbesar.
Sebaran diameter tegakan
jati berdasarkan praktikum yang dilakukan yaitu berkisar antara 7, 8, 9, 10,
11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24 cm.Nilai tengah diameter
pada tegakan jati sastra yaitu 15.5 cm. Diameter yang dominan pada tegakan jati
sastra yaitu 19,41 cm. Diameter yang terkecil pada tegakan jati sastra yaitu 7
cm dan diameter yang terbesar pada tegakan jati sastra yaitu 24 cm.
2. Permudaan tegakan
Pada tegakan jati Tectona grandis yang berlokasi di
Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin Makassar ini, tidak ditemukan anakan.Hal
tersebut disebabkan karena lokasi yang menjadi tempat praktikum mata kuliah
silvika ini merupakan tanaman yang seumur atau tegakan yang seumur.Sehingga,
tidak memungkinkan terdapatnya anakan diantara tegakan Tectona grandis tersebut.
3. Struktur Tegakan
Berdasarkan hasil
pengamatan, dapat diketahui bahwa dalam satu plot berukuran 15 x 15 meter yang
berjumlah 35 pohon jati super memiliki batang yang bulat lurus.Pohon jati super
dalam plot ini umumnya memiliki sedikit cabang sehingga dapat dikatakan bahwa
kualitas pohon jati cukup baik.Berdasarkan hasil pengamatan daun umumnya besar
dan bulat serta bertangkai yang sangat pendek.
Berdasarkan kedudukan dalam tegakan, sesuai
dengan data yang diperoleh tegakan Tectona
grandis ini memiliki 3 stratifikasi tajuk, yaitu ; ada yang termasuk
sebagai Pohon dominan, artinya adalah tajuknya menonjol paling atas sehingga
mendapat cahaya penuh dari atas dan dari samping pohon ini mempunyai tinggi
total yang berkisar 18,87 meter sampai 29,02 meter. Adapula yang termasuk Pohon
Co – Dominan, yaitu pohon yang tajuknya tidak setinggi pohon dominan dan masih
mendapat cahaya dari atas, meski dari samping terhalang sebagian besar dari
pohon dominan pohon yang termasuk kelompok ini mempunyai tinggi total berkisar
13,47 meter sampai 15,83 meter. Serta Pohon pertengahan, yaitu tajuknya berada
dibawah pohon dominan dan Co – dominan dan masih mendapat cahaya matahari dari
atas melalui celah-celah pohon dominan dan co-dominan, tetapi tidak mendapat
cahaya dari samping, yaitu tinggi totalnya berkisar 8,55 meter sampai dengan
11,55 meter.
Tegakan jati super ( Tectona grandis ) tersebut merupakan
salah satu tanaman yang digolongkan kedalam jenis pohon intoleran karena
tanaman jati membutuhkan cahaya penuh sepanjang daur hidupnya, walaupun
demikian terdapat beberapa pohon jati yang tumbuh kerdil. Hal ini kemungkinan
besardisebabkan oleh persaingan penyerapan unsur hara dan penyerapan sinar matahari
karena berdasarkan keadaan dilokasi tanaman jati yang tumbuh kerdil tersebut
berada dibawah naungan tajuk tanaman jati yang lainnya sehingga penyerapan
sinar matahari dari atas kurang.Tegakn jati pada lokasi praktikum mempunyai
bentuk tajuk yang seragam, yaitu berbentuk kerucut.Hal ini dipengaruhi oleh
bentuk percabangan yang dimilikinya, yaitu cabang bawahnya mempunyai panjang
yang sedang, cabang pada bagian tengahnya lebih panjang dari cabang pada bagian
bawahnya dan cabang yang paling atas semakin mengecil.Sehingga tajuk yang
terbentuk pun menyerupai kerucut.
Tegakan jati super, Tectona grandis tersebut jarak tanamnya
agak rapat sehingga menyebabkan bentuk batang yang lurus, silindris dan tekstur
pohon kasar serta berwarna coklat. Namun berdasarkan pengamatan, beberapa
tanaman jati tidak mendapatkan cahaya penuh yang berperan dalam proses
fotosintesis karena terhalang oleh tajuk yang rapat sehingga proses
fotosintesis terganggu dan berakibat hasil fotosintesis yang dihasilkan relatif
sedikit sehingga yang mendapatkan sari – sari makanan hanya bagian atas saja.
4. komposisi tegakan
Pada lokasi praktikum
komposisi pembentuknya selain terdapat jati super (Tectona grandis) terdapat
pula tanaman lain, yaitu mangga atau Mangifera indica. Akan tetapi, pada saat
membuat plot dengan ukuran 15 x 15 meter tanaman yang terdapat dalam plot
tersbut dan yang menjadi objek pengamatan hanya tanaman jati.
Berdasarkan jenis asosiasi yang dapat diamati
pada tegakan jati Fakultas Sastra dapat dikatakan, asosiasi yang terjadi pada tegakan
jati adalah persaingan antar pohon untuk mendapatkan cahaya, air, dan nutrisi. Tectona grandis dapat pula dikatakantermasuk jenis yang mampu membentuk
hubungan yang baik dengan tanaman lainnya yang ada diantara tegakan tersebut, yaitu
karena dapat saling berdampingan hidup dalam satu tegakan baik dengan sejenisnya
sendiri maupun dengan jenis lain yang ada disekitarnya.Asosiasi itu sendiri
adalah gabungan, pertautan atau dapat pula dikatakan suatu perhubungan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang
dapat diambil berdasarkan praktikum ini adalah :
1.
Tectona grandis
yang tumbuh rapat dengan jarak tanam yang dekat
memiliki pertumbuhan tinggi yang cepat karena bersaing untuk memperoleh
cahaya matahari, memiliki tajuk yang kecil dan tidak lebat dan memliki batang
silinder, serta bentuk batang yang kecil.
2.
Habitus ( bentuk tajuk ) dari pohon Jati
Super Tectona grandis adalah berbentuk kerucut. Hal ini dipengaruhi oleh
bentuk percabangan yang dimilikinya.
3.
Tegakan jati super ( Tectona grandis ) pada Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin
merupakan salah satu tanaman yang digolongkan kedalam jenis pohon intoleran,
yaitu jenis tanaman yang membutuhkan cahaya matahari mulai dari fase semai
hingga dewasa.
4.
komposisi pembentuk tegakannya dominan jati sehingga
disebut tegakan jati, meskipun terdapat tanaman lain seperti mangga (Mangifera
indica). Serta tidak terdapat anakan dibawah tegakan karena merupakan tegakan
yang seumur.
B. Saran
Kepada asisten agar lebih memberikan bimbingan dan
arahan yang baik terhadap para praktikannya, baik saat dilokasi praktikum dan
juga saat proses pembuatan laporan serta pada saat asistensi laporan. Tetap
ramah dan bijaksana dalam menghadapi praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2009. Perubahan Komposisi Dan Struktur Tegakan
Hutan Produksi Alam Dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia
Intensif (TPTII).http://boymarpaung.wordpress.com/tag/komposisi/.
Diakses pada tanggal 14 Mei 2012.
Anonim. 2010. Kajian Jati Plus. http://hutanalam.blogspot.com/2010/02/kajian-jati-plus.html.
Diakses pada tanggal 14 mei 2012.
Anonim.2011.
Perspektif Silvika dalam Pengelolaan
Hutan.http:// www.smkdarunnajah.sch.id/2011/08/perspektif-silvika-dalam
pengelolaan.html# comment-form.Diakses pada tanggal 14 Mei 2012.
Irwanto.2006. Perspektif silvika dalam keanekaragaman
hayati dan silvikultur.http://indonesiaforest.net/amdal_kehutanan.html.
Diakses pada tanggal 14 Mei 2012.
Marsono, Dj. 1984. Peningkatan Produktivitas Dalam Pembangunan
Hutan Alam Berkelanjutan. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam
Ekologi Hutan pada Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.
Pasaribu, David. 2012. Silvika.http://davidpas.blogspot.com/2010/02/silvika.html.Diakses
pada tanggal 14 Mei 2012.
LAMPIRAN
gooddd,,,,,
BalasHapusSudah bagus tinggal sedikit diperbaiki bisa menghasilkan jurnal. catatan sudah bisa bahan acuan untu skiripsi denganbeberapa judul :sosial dan lingkungan, pendapatan masyarakat dari pohon jati dan pertumbuhan jati (volume).
BalasHapus