Rabu, 23 Mei 2012

EVALUASI TEGAKAN DAN KOMPOSISI TEGAKAN SEUMUR Tectona grandis


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Laju pertumbuhan pohon dan macam pohon apa yang tumbuh di suatu lokasi tentunya selalu terdapat hal tentang peran yang diberikannya, baik secara material maupun non-material. Peran ataupun manfaat yang diberikan ditunjak oleh beberapa factor diantaranya factor fisiologis. Factor fisiologis yang tak kala pentingnya untuk suatu tumbuhan dalam prospect pemanfaatannya secara fisik meliputi tinggi bebas cabang atau TBC,diameter, volume dan juga tinggi totalnya.
Tectona grandis yang merupakan salah satu tanaman yang mempunyai nilai guna yang tinggi adalah salah satu dari beberapa tanaman yang dibahas dalam silvikultur.Tidak jauh dari silvikultur tersebut ilmu pengetahuan yang mempelajari juga tentang Tectona grandis ini juga adalah silvika.Silvika adalah ilmu tentang sejarah dan aspek biologi dari sutau tanaman dalam suatu hutan maupun pada suatu tegakan. Hal ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui manfaat dari suatu tanaman dalam hutan maupun tegakan melaui keadaan diameter, volume dan TBC dari suatu pohonkemudian selanjutnya akan pemanfaatan sesungguhnya diterapkan melalui bidang ilmu lainnya, seperti silvikultur. Berdasarkan hal inilah kegiatan praktek lapang mata kuliah silvika dilaksanakan agar para mahasiswa dapat mengetahui evaluasi tegakan,komposisi tegakan Tectona grandis dan mempraktekkan secara langsung cara memperoleh diameter, TBC, volume dan tinggi total dari Tectona grandis sebagai dasar dan bahan untuk bekal selanjutnya dalam memepelajari ilmu kehutanan.



B.     Tujuan praktikum
Praktek lapang yang berlokasi pada tegakan jati Tectona grandis Fakultas sastra Universitas Hasanuddin bertujuan agar praktikan dalam hal ini mahasiswa kehutanan yang mengambil mata kuliah Silvika dapat:
·         Mengetahui struktur tegakan yang terdapat dilokasi praktikum.
·         Mengetahui komposisi dari tegakan padalokasi praktikum.

C.    Kegunaan praktikum




BAB II
 TINJAUAN PUSTAKA


A.    Ilmu Silvika Dan Penerapannya
Silvika adalah Ilmu yang mirip atau equivalen dengan ilmu ekologi hutan.Sebab, silvika merupakan cabang ilmu ekologi yang mempelajari kehidupan dari pohon dalam hutan dan sejarah hidup serta sifat-sifat umum dari pohon-pohon dan tegakan terhadap faktor-faktor lingkungan.Jadi, ilmu silvika adalah ilmu yang mempelajari sejarah hidup dan ciri-ciri umum pohon beserta tegakan hutan dalam kaitannya dengan faktor-faktor lingkungan.Ahli silvika memandang hutan sebagai suatu bentuk kompleks yang tersusun atas unit-unit vegetasi yang terkait dengan faktor habitat yang berbeda. Seorang ahli silvika akan selalu menghubungkan vegetasi hutan dengan pengaruhnya terhadap lingkungan. Hutan secara menyeluruh dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang mewujudkan suatu kualitas tempat tumbuh dari kapasitas berproduksi wilayah hutan ( Irwanto, 2006).
Silvikultur Merupakan suatu ilmu dan seni menghasilkan serta memelihara hutan dengan menggunakan pengetahuan silvika untuk memperlakukan hutan serta mengendalikan susunan dan pertumbuhannya. llmu silvi kultur analog dengan ilmu agronomi dan hortikultural di bidang pertanian karena membicarakan cara-cara membudidayakan tumbuhan. Silvikultur dibagi menjadi dua bagian, yakni silvika dan silvikultur, di mana silvika sebagai dasar teori dan silvikultur sebagai pelaksanaan di lapangan. Seperti suatu pohon akan mampu hidup dan berkembang apabila ditanam dalam tapak yang telah dipilih serta harus ditanam secara vegetatif ataupun generative ( Irwanto, 2006).
Menurut Pasaribu (2012) silvika “Peranannya adalah pengelolaan hutan dengan baik dengan memperhatikan keadaan biologisnya dan juga bermanfaat bagi kehidupan manusia untuk dapat menguasai seni dalam menghasilkan hutan. Pemanfaatan ilmu tersebut mutlak diperlukan.”

Dewasa ini, Jati yang terkenal dengan kayu mewah karena kekuatan dan keawetannyamerupakan salah satu tanaman yang berkembang baik di Indonesia.Hal ini tercemin daritelah tumbuhnya tanaman jati sejak tahun 1842.Jati merupakan salah satu spesies daerahtropis yang bersifat desiduous yaitu menggugurkan daunnya pada musim kemarau.
Penyebarannya di Indonesia terjadi secara alami dengan daerah pertumbuhan terutama dijawa.Hutan jati di Jawa saat ini merupakan hutan buatan bukan hutan alam sebagaiakibat dari sistem pengelolaan tebang habis yang disusul dengan penanaman kembali hutan tersebut.
Sistematika Jati yang dikemukakan oleh Samuel dan Arlene (1979) adalah
sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Sub Class : Asteridae
Ordo : Lamiales
Familia : Verbenaceae
Genus : Tectona
Species :Tectona grandis L.F.
Persebaran dan Persyaratan Tumbuh
Berbagai formasi hutan Jati dikelompokkan menjadi tiga tipe utama, yaitu: formasi Jati alami lembab ( curah hujan tahunan1500-2500 mm), formasi jati alamikering (curah hujan tahunan 760-1500 mm) dan formasi Jati Indonesia (curah hujantahunan 1200 – 2000 mm). Tanah yang paling cocok untuk jati ialah aluvial-koluvialyang dalam, berdrainase baik, subur, dengan pH tanah 6.5 – 8.0 dan kandungan Ca danP yang cukup tinggi. Jati tidak tahan genangan air atau tanah laterit miskin hara, nemunmerupakan jenis pionir berumur panjang. Persebaran Jati di Asia terletak pada 25,5° LUsampai dengan 9° LS. Di Indonesia tegakan jati alam yang agak luas terdapat di Jawa (baratlaut, tengah dan timur), Pulau Kangean, Muna, Sumba dan Bali.Jadi persebaran terbatas padatempat-tempat dimana terdapat iklim yang nyata yaitu iklim kemarau periodik.Penerapan ilmu silvika dapat diaktualisasi seperti peristiwa diatas Karena dengan silvika kita mampu mengetahui tentang sejarah hidup dan ciri-ciri umum dari berbagai macam pohon-pohon hutan dan tegakan dengan penekanan pada faktor-faktor setempat.

B.     Sistematika tegakan
Menurut Heyne (1987), tanaman jati memiliki nama daerah bermacam-macam, seperti teaka, teackbaum (Jerman), teak (Inggris), jati, jatos (Jawa), dan nama daerah lainya kyan (Myanmar), sagwan (India), maisak (Thailand), teck (Perancis), teca (Brazillia), Java teak (Jerman). Sistematika secara ilmiah jati (Tectona grandis Lf.) seperti yang dikutip dari Lawrence (1958) sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Lamiales
Sub ordo : Verbenales
Familia : Verbenaceae
Genus : Tectona
Species : Tectona grandis L.f.
Sama halnya Menurut Troup (1966), tanaman jati memiliki nama daerah bermacam-macam seperti Teak (Inggris), Sagun (India), Sag, Sagwan didaerah Mardi (Bombay), Tegu, Tegina didaerah Kanara (Bombay), Thekku (Malabar) dan kayu (Burma). Dalam bahasa Melayu dan Jawa disebut Jati dan Kayu Jati (Poerwokoesoemo, 1956). Istilah lain untuk pohon jati adalah Quercus indica (Bontius, dalam buku Poerwojcoesoemo, 1956).
Sistem perakaran pada tanaman Jati (Tectona grandis) terdir dari akar tunggang, akar cabang, dan akar permukaan.Pada saat akar tumbuh dengan cepat sehingga tanaman memiliki perakaran yang banyak dan panjang.
Perakaran Jati (Tectona grandis) pada umumnya panjang dan kuat.
Batang pohon Jati (Tectona grandis) dapat mencapai 45 m, sedangkan batas batang bebas cabang 15-20 meter, diameter mencapai 220 cm (umumnya 50 cm ). Tajuk Jati (Tectona grandis) berwarna hijau, tidak rapat, dan umumnya menggurkan daunnya pada musim kemarau untuk menyesuaikan dirinya.
Daun Jati (Tectona grandis) berbentuk bulat lonjong, ujung daun tumpul dan ber warna agak kusam, berwarna cokelat setelah mati.Jati (Tectona grandis) umumnya berbunga pada bulan Oktober – Mei atau Juni dan sangat tergantung pada musim.Bunga Jati (Tectona grandis) berbentuk mala yang sangat besar dengan bunga-bunga kecil yang letaknya sangat rapat dan berbau harum.Buah Jati (Tectona grandis) berbentuk bulat, memiliki kulit yang tipis, dan biasanya berada dekat bunga, buah masak pada bulan Juli – Desember.
Pohon besar dengan batang yang bulat lurus, tinggi total mencapai 40 m. Batang bebas cabang (clear bole) dapat mencapai 18-20 m. Pada hutan-hutan alam yang tidak terkelola ada pula individu jati yang berbatang bengkok-bengkok. Sementara varian jati blimbing memiliki batang yang berlekuk atau beralur dalam; dan jati pring (Jw., bambu) nampak seolah berbuku-buku seperti bambu. Kulit batang coklat kuning keabu-abuan, terpecah-pecah dangkal dalam alur memanjang batang.
Pohon jati (Tectona grandis sp.) dapat tumbuh meraksasa selama ratusan tahun dengan ketinggian 40-45 meter dan diameter 1,8-2,4 meter. Namun, pohon jati rata-rata mencapai ketinggian 9-11 meter, dengan diameter 0,9-1,5 meter.Pohon jati yang dianggap baik adalah pohon yang bergaris lingkar besar, berbatang lurus, dan sedikit cabangnya. Kayu jati terbaik biasanya berasal dari pohon yang berumur lebih daripada 80 tahun.
Daun umumnya besar, bulat telur terbalik, berhadapan, dengan tangkai yang sangat pendek. Daun pada anakan pohon berukuran besar, sekitar 60-70 cm × 80-100 cm; sedangkan pada pohon tua menyusut menjadi sekitar 15 × 20 cm. Berbulu halus dan mempunyai rambut kelenjar di permukaan bawahnya. Daun yang muda berwarna kemerahan dan mengeluarkan getah berwarna merah darahapabila diremas.Ranting yang muda berpenampang segi empat, dan berbonggol di buku-bukunya.
Jati menyebar mulai dari India, Myanmar, Laos, Kamboja, Thailand, Indochina, sampai ke Jawa.Jati tumbuh di hutan-hutan gugur, yang menggugurkan daun di musim kemarau. Menurut sejumlah ahli botani, jati merupakan spesies asli di Burma, yang kemudian menyebar ke Semenanjung India, Muangthai, Filipina, dan Jawa.Sebagian ahli botani lain menganggap jati adalah spesies asli di Burma, India, Muangthai, dan Laos.Sekitar 70% kebutuhan jati dunia pada saat ini dipasok oleh Burma.Sisa kebutuhan itu dipasok oleh India, Thailand, Jawa, Srilangka, dan Vietnam.Namun, pasokan dunia dari hutan jati alami satu-satunya berasal dari Burma.Lainnya berasal dari hasil hutan tanaman jati.
Jati paling banyak tersebar di Asia.Selain di keempat negara asal jati dan Indonesia, jati dikembangkan sebagai hutan tanaman di Srilangka (sejak 1680), Tiongkok (awal abad ke-19), Bangladesh (1871), Vietnam (awal abad ke-20), dan Malaysia (1909).        
Iklim yang cocok adalah yang memiliki musim kering yang nyata, namun tidak terlalu panjang, dengan curah hujan antara 1200-3000 mm pertahun dan dengan intensitas cahaya yang cukup tinggi sepanjang tahun. Ketinggian tempat yang optimal adalah antara 0 – 700 m dpl; meski jati bisa tumbuh hingga 1300 m dpl Sekitar 70% kebutuhan jati dunia pada saat ini dipasok oleh Burma. Sisa kebutuhan itu dipasok oleh India, Thailand, Jawa, Srilangka, dan Vietnam.Namun, pasokan dunia dari hutan jati alami satu-satunya berasal dari Burma.Lainnya berasal dari hasil hutan tanaman jati.Jati paling banyak tersebar di Asia.Selain di keempat negara asal jati dan Indonesia, jati dikembangkan sebagai hutan tanaman di Srilangka (sejak 1680), Tiongkok (awal abad ke-19), Bangladesh (1871), Vietnam (awal abad ke-20), dan Malaysia (1909).    
Iklim yang cocok adalah yang memiliki musim kering yang nyata, namun tidak terlalu panjang, dengan curah hujan antara 1200-3000 mm pertahun dan dengan intensitas cahaya yang cukup tinggi sepanjang tahun. Ketinggian tempat yang optimal adalah antara 0 – 700 m dpl; meski jati bisa tumbuh hingga 1300 m dpl.Tegakan jati sering terlihat seperti hutan sejenis, yaitu hutan yang seakan-akan hanya terdiri dari satu jenis pohon. Ini dapat terjadi di daerah beriklim muson yang begitu kering, kebakaran lahan mudah terjadi dan sebagian besar jenis pohon akan mati pada saat itu. Tidak demikian dengan jati.Pohon jati termasuk spesies pionir yang tahan kebakaran karena kulit kayunya tebal.Lagipula, buah jati mempunyai kulit tebal dan tempurung yang keras.Sampai batas-batas tertentu, jika terbakar, lembaga biji jati tidak rusak. Kerusakan tempurung biji jati justru memudahkan tunas jati untuk keluar pada saat musim hujan tiba.
Guguran daun lebar dan rerantingan jati yang menutupi tanah melapuk secara lambat, sehingga menyulitkan tumbuhan lain berkembang. Guguran itu juga mendapat bahan bakar yang dapat memicu kebakaran yang dapat dilalui oleh jati tetapi tidak oleh banyak jenis pohon lain. Demikianlah, kebakaran hutan yang tidak terlalu besar justru mengakibatkan proses pemurnian tegakan jati: biji jati terdorong untuk berkecambah, pada saat jenis-jenis pohon lain mati. Pada masa lalu, jati sempat dianggap sebagai jenis asing yang dimasukkan (diintroduksi) ke Jawa; ditanam oleh orang-orang Hindu ribuan tahun yang lalu. Namun pengujian variasi isozyme yang dilakukan oleh Kertadikara (1994) menunjukkan bahwa jati di Jawa telah berevolusi sejak puluhan hingga ratusan ribu tahun yang silam (Mahfudz dkk., t.t. ). Karena nilai kayunya, jati kini juga dikembangkan di luar daerah penyebaran alaminya.Di Afrika tropis, Amerika tengah, Australia, New Zealand, Pasifik dan Taiwan.


C.    Struktur tegakan
Berdasarkan kedudukan dalam tegakan, tegakan ini memiliki stratifikasi tajuk antara lain (Paembonan, 2012) :
Ø  Pohon dominan, artinya adalah tajuknya menonjol paling atas sehingga mendapat cahaya penuh dari atas dan dari samping.
Ø  Pohon Co – Dominan, adalah pohon yang tidak setinggi pohon dominan tajuknya masih mendapat cahaya dari atas, meski dari samping terhalang sebagian besar dari pohon dominan.
Ø  Pohon pertengahan, adalah tajuknya dibawah pohon dominan dan Co – dominan, masih mendapat cahaya dari atas sedikit tetapi tidak lagi dari samping.
Ø  Pohon tertekan, adalah pohon dimana tajuknya samam sekali tertutup oleh pohon a, b, dan c tersebut diatas, hanya mendapat cahaya matahari yang dapat menembus lapisan diatasnya.
Ø  Pohon mati, adalah termasuk pohon – pohon yang mati dan sedang dalam proses kematian.
Toleransi adalah kemampuan suatu jenis pohon untuk hidup dan tumbuh serta berproduksi pada suatu kondisi lingkungan tempat tumbuh tertentu.
Toleransi mutlak adalah kemampuan suatu jenis pohon untuk hidup dan tumbuh pada suatu kondisi tempat tumbuh yang ekstrim:
-          Panas (daerah gunung berapi)
-          Dingin (daerah alpine, tundra)
-          Kekeringan (musim kemarau kering) 
-          jenuh air (mangrove dan rawa).
Toleransi relatif adalah kemampuan suatu jenis pohon untuk tumbuh dan berproduksi di bawah naungan dan di dalam kompetisi dengan pohon-pohon lain.
Klasifikasi Toleransi Jenis Pohon (Paembonan, 2012).
Pohon Toleran : jenis pohon yang mampu tumbuh dan berproduksi di bawah naungan selama hidupnya (membutuhkan sedikit cahaya).
Pohon semitoleran : jenis pohon yang membutuhkan naungan pada waktu masih muda tetapi membutuhkan cahaya penuh pada saat dewasa atau jenis yang membutuhkan cahaya sedang.
Pohon intoleran (Pohon Cahaya) : jenis pohon yang membutuhkan cahaya dalam pertumbuhan nya mulai dari semai sampai dewasa.

D.    Komposisi tegakan
Komposisi tegakan pada hutan jati:
- Tanaman pokok, dalam hutan jati tanaman pokok yaitu tanaman jati itu sendiri.
- Tanaman pengisi, bertujuan untuk mengurangi segi negatif dari penanaman monokultur, persyaratan: perakaran dalam, hijau sepanjang tahun, tumbuh lambat, tahan naungan dan teduh, strata di bawah tanaman pokok. Fungsi: menguragi efek monokultur, mengatur siklus hara, tempa berlindung satwa. Jenis: cendana, eboni, kesambi, bungur, ploso, woni, dll.
- Tanaman Sela, Persyaratan: tidak merugikan tanaman pokok (tidak merambat, tidak memberikan saingan perakaran, tidak terlalu cepat tumbuh), dapat menutup tanah dengan cepat, akar dalam, tahan api, dan melindungi tanah. Fungsi: Mencegah erosi-longsor, sekat bakar, tempat berlindung satwa, mampu mengatur siklus hara, mengikat N. Jenis: lamtoro, kemlandingan, glerecidea.
- Tanaman Tepi dan pagar , Persyaratan: musim kemarau hijau sepanjang tahun. Fungsi: mencegah erosi-longsor, sekat bakar, tempat berlindung satwa. Jenis: Asam, Woni, E.alba, Salam, ploso, johar dll.
- Tumbuhan Bawah, berdasarkan penelitian di KPH Kendal pada KU III-VI (Marsono, 1986), terdapat 55 jenis tumbuhan bawah.
Jenis Hoplismenus burmanii, Isachne globosa, Eupatorium inofolium, Centrosoma imberbi berturut-turut merupakan jenis yang relative tertinggi dominansinya dan paling banyak dijumpai.Masing-masing jenis tumbuhan bawah tersebut ditemukan berasosiasi positif atau baik dengan masing-masing jenis tersebut. Ini menunjukkan bahwa jenis-jenis tersebut mempunyai kesamaan adaptasi dan respon terhadap keadaan lingkungan yang sama. Dari penelitian ditemukan juga bahwa ada 8 jenis tumbuhan bawah yang merupakan jenis-jenis yang mampu bertahan dan mempunyai kemampuan tumbuh dan daya survival yang lebih baik dibandingkan jenis-jenis tumbuhan bawah yang lain walaupun dipengaruhi oleh kerapatan tegakan yang berbeda-beda. Jenis tersebut adalah Eupatorium odoratum, Cyrtococcuma patents, Ficus montana, Hyptis capitata, Hemigrafis sp, Oplismenus compositus, Sida javensis dan Shutria sp. (Anisah, L.N et.al. 2002)Cromolaena odorata L (kerinyu) dan Lantana camara (tembelekan) juga banyak ditemukan sebagai tumbuhan bawah yang berada di bawah tegakan jati mempunyai tingkat kolonisasi dan kepadatan spora FMA ( Fungi Mikoriza Arbuskula) yang tinggi. Keberadaan FMA sebagai agen hayati membantu/menambah ketersediaan hara dan ketahanan tanaman terhadap serangan hama penyakit pada tanaman inangnyatermasuk jati yang juga bersimbiosa dengan FMA.Klasifikasi tumbuhan bawah pada tegakan jati:1) kategori tanaman pangan 46 jenis, 2) tanaman obat-obatan 55 jenis, 3) tanaman rempah-rempah 8 jenis, 4) tanaman hijauan makanan ternak 26 jenis, 5) tanaman industri 20 jenis, 6) kayu bakar 38 jenis, 7) tanaman beracun 4 jenis dan 8) tanaman hias 15 jenis.Keanekaragaman jenis tumbuhan bawah di bawah tegakan jati bervariasi.Variasi jenis tersebut tidak dipengaruhi oleh umur masing-masing kelas umur tegakan jati.Secara umum jenis-jenis tumbuhan bawah tumbuh dan berkembang sesuai dengan tuntutan lingkungan untuk berkembang dan tidak dipengaruhi oleh umur tegakan jati.























BAB III
METODE PRAKTIKUM

A.    Waktu dan Tempat
1.      Waktu
Praktek lapang ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 12 Mei 2012, pukul 15.00 WITA – selesai.
2.      Tempat
Praktek ini dilaksanakan pada tegakan jati Tectona grandis Fakultas Sastra, Universitas Hasanuddin Makassar.

B.     Alat dan Bahan
1. Alat digunakan pada pengukuran tinggi, diameter dan struktur tajuk adalah sebagai berikut :
·         Pita meter
·         Roll meter
·         Abney level
·         Kamera dijital
·         Alat tulis menulis

2. Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
·         Taly sheet digunakan sebagai tempat untuk mencatat data hasil pengukuran.
·         Tali rafia digunakan untuk member tanda batas wilayah praktikum.
·         Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah pohon jenis jati (Tectona  grandisL.f.) pada berbagai diameter. Yang ingin diketahui adalah habitus pohon, Tinggi total dan tinggi bebas cabang, proyeksi tajuk, asosiasi dan kerapatan pohon.


C.    Prosedur Kerja
a.       Memilih dan mengamati keadaan lokasi tempat pengukuran pohon.
b.      Membuat plot dengan ukuran 15x15 meter dengan menggunakan roll meter dan memberi tanda dengan tali raffia.
c.       Melakukan pengukuran jarak datar dari pohon ke pengamat dengan menggunakan jarak 10 meter.
d.      Menembakkan sudut elevasi ke cabang pertama pohon dengan menggunakan abney level untuk memperoleh nilai TBC.
e.       Menembakkan sudut elevasi ke atas tajuk pohon dengan menggunakan abney level.
f.       Setelah itu mengukur tinggi pengamat dari kaki sampai mata.
g.      Untuk mengukur diameter batang pohon, terlebih dahulu dilakukan pengukuran keliling pohon menggunakan pita meter setinggi dada orang dewasa atau ± 1,3 m. kemudian mensubtitusikan keliling yang diperoleh kedalam rumus D= k/π.
h.      Mencatat semua data yang didapatkan untuk menghitung TBC,Ttot, VTT, VTB dan LBDS dengan menggunakan rumus.
i.        Memotret struktur tajuk yang di amati.













BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil
Tabel Hasil Pengukuran Dimensi Pohon Dalam Tegakan
Tectona grandis
NO
Jenis Pohon
K (cm)
α 1
α 2
D (cm)
TBC (m)
T.Tot.
VTB
(m3 )
VTT
(m3)
LBDS
(m2)
1
Tectona grandis
70
50
55
22,29
13,47
15,83
0,525
0.617
0,039
2
Tectona grandis
61
40
65
19,42
9,94
22,99
0,288
0,666
0,029
3
Tectona grandis
60
50
55
19,10
13,47
15,83
0,377
0,443
0,028
4
Tectona grandis
41
30
50
13,05
7,32
13,47
0,095
0,175
0,013
5
Tectona grandis
24
50
60
7,92
13,47
18,87
0,066
0,092
0,0049
6
Tectona grandis
55,3
40
50
17,61
9,94
13,47
0,238
0,323
0,024
7
Tectona grandis
62
45
60
19,74
11,55
18,87
0,346
0.566
0,030
8
Tectona grandis
52
40
60
16,56
9,94
18,87
0,208
0.396
0,021
9
Tectona grandis
75
25
50
23,89
6,21
13,47
0,273
0,592
0,044
10
Tectona grandis
47
50
60
14,96
13,47
18,87
0,228
0,320
0,017
11
Tectona grandis
53
35
45
16,87
8,55
11,55
0,188
0,254
0,022
12
Tectona grandis
66,9
45
65
21,33
11,55
22,99
0,404
0.804
0,035
13
Tectona grandis
59,9
40
45
19,1
9,94
11,55
0,278
0,323
0,028
14
Tectona grandis
61,6
40
55
19,63
9,94
15,83
0,298
0,474
0,030
15
Tectona grandis
75,9
35
60
24,2
8,55
18,87
0,384
0,849
0,045
16
Tectona grandis
54
60
65
17,19
18,87
22,99
0,434
0,528
0,023
17
Tectona gradins
46
45
53
17,83
11,55
14,82
0,277
0,355
0,024
18
Tectona grandis
47,4
45
55
15,09
11,55
15,83
0,196
0.269
0,017
19
Tectona grandis
50,4
45
55
16,05
11,55
15,83
0,231
0.316
0,020
20
Tectona grandis
50,8
50
55
16,17
13,47
15,83
0,276
0.324
0,0205
21
Tectona grandis
49,8
30
45
15,85
7,32
11,55
0,139
0,277
0,0197
22
Tectona grandis
55,5
45
55
17,67
11,55
15,83
0,277
0,379
0,024
23
Tectona grandis
60,2
30
50
19,17
7,32
13,47
0,204
0,377
0,028
24
Tectona grandis
57
50
55
18,15
13,47
15,83
0,336
0,395
0,025
25
Tectona grandis
52
35
55
16,56
8,55
15,83
0,179
0,332
0,021
26
Tectona grandis
29
20
35
9,23
5,19
8,55
0,035
0.058
0.0069
27
Tectona grandis
61,2
45
70
19,49
11,55
29,02
0,334
0,841
0,029
28
Tectona grandis
61,5
35
60
19,58
8,55
18,87
0,256
0,566
0,030
29
Tectona grandis
57
30
45
18,15
7,32
11,55
0,183
0,288
0,025
30
Tectona grandis
51
30
60
16,24
7,32
18,87
0,146
0.377
0,020
31
Tectona grandis
59
25
35
18,78
6,21
8,55
0,167
0,230
0,027
32
Tectona grandis
29,1
30
45
9,26
7,32
11,55
0,049
0,077
0,0067
33
Tectona grandis
49,5
45
60
15,76
11,55
18,87
0.219
0,358
0,019
34
Tectona grandis
61,2
40
45
19,49
9,94
11,55
0,288
0,334
0,029
35
Tectona grandis
64
45
50
20,38
11,55
13,47
0,369
0,431
0,032

Keterangan :
Jarak datar pengukuran           : 10 meter
Tinggi pengamat                     : 1,55 meter    








Gambar I. Profil Vertikal Tegakan Jati Di Kawasan Halaman Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin :





























Gambar II. Profil Vertikal Tegakan Jati Di Kawasan Halaman Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin :





























B.     Pembahasan
1. Sebaran kelas diameter
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil praktek lapang yang berlokasi pada tegakan jati fakultas sastra universitas hasanuddin dengan ukuran plot 15x15 meter dan jumlah pohon  35.Pada tegakan tersebut masing – masing pohon memiliki diameter dan tinggi yang berbeda. Hal ini disebabkan adanya kompetisi antara pohon yang satu dengan pohon yang lain, baik dalam persaingan dalam  memperoleh unsur – unsur hara, air, garam mineral, maupun dalam memperoleh cahaya matahari yang sangat berguna dalam proses fotosintesis dalam pertumbuhan pohon. Pohon yang satu dengan yang lain memiliki perbedaan diameter dan tinggi, walaupun berada dalam tegakan seumur. Namun pohon jati ini memiliki keliling batang dengan rata-rata 54,86 cm dengan tinggi pohon rata – rata 18,05 cm. Hal ini disebabkan oleh  faktor tempat tumbuh merupakan faktor yang mempengaruhi diameter dan tinggi pohon. Kerena  tempat tumbuh mampu memberikan produktivitas tanah untuk pertumbuhan.
Dapat diketahui pula berdasarkan tabel data hasil pengukuranbahwa sebaran kelas diametertegakan Jati Tectona grandis,  yaitu antara 7,92 cm yang merupakan diameter terkecil sampai dengan 24,2 cm yang merupakan diameter terbesar.
Sebaran diameter tegakan jati berdasarkan praktikum yang dilakukan yaitu berkisar antara 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24 cm.Nilai tengah diameter pada tegakan jati sastra yaitu 15.5 cm. Diameter yang dominan pada tegakan jati sastra yaitu 19,41 cm. Diameter yang terkecil pada tegakan jati sastra yaitu 7 cm dan diameter yang terbesar pada tegakan jati sastra yaitu 24 cm.

2. Permudaan tegakan
Pada tegakan jati Tectona grandis yang berlokasi di Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin Makassar ini, tidak ditemukan anakan.Hal tersebut disebabkan karena lokasi yang menjadi tempat praktikum mata kuliah silvika ini merupakan tanaman yang seumur atau tegakan yang seumur.Sehingga, tidak memungkinkan terdapatnya anakan diantara tegakan Tectona grandis tersebut.

3. Struktur Tegakan
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa dalam satu plot berukuran 15 x 15 meter yang berjumlah 35 pohon jati super memiliki batang yang bulat lurus.Pohon jati super dalam plot ini umumnya memiliki sedikit cabang sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas pohon jati cukup baik.Berdasarkan hasil pengamatan daun umumnya besar dan bulat serta bertangkai yang sangat pendek.
Berdasarkan kedudukan dalam tegakan, sesuai dengan data yang diperoleh tegakan Tectona grandis ini memiliki 3 stratifikasi tajuk, yaitu ; ada yang termasuk sebagai Pohon dominan, artinya adalah tajuknya menonjol paling atas sehingga mendapat cahaya penuh dari atas dan dari samping pohon ini mempunyai tinggi total yang berkisar 18,87 meter sampai 29,02 meter. Adapula yang termasuk Pohon Co – Dominan, yaitu pohon yang tajuknya tidak setinggi pohon dominan dan masih mendapat cahaya dari atas, meski dari samping terhalang sebagian besar dari pohon dominan pohon yang termasuk kelompok ini mempunyai tinggi total berkisar 13,47 meter sampai 15,83 meter. Serta Pohon pertengahan, yaitu tajuknya berada dibawah pohon dominan dan Co – dominan dan masih mendapat cahaya matahari dari atas melalui celah-celah pohon dominan dan co-dominan, tetapi tidak mendapat cahaya dari samping, yaitu tinggi totalnya berkisar 8,55 meter sampai dengan 11,55 meter.
Tegakan jati super ( Tectona grandis ) tersebut merupakan salah satu tanaman yang digolongkan kedalam jenis pohon intoleran karena tanaman jati membutuhkan cahaya penuh sepanjang daur hidupnya, walaupun demikian terdapat beberapa pohon jati yang tumbuh kerdil. Hal ini kemungkinan besardisebabkan oleh persaingan penyerapan unsur hara dan penyerapan sinar matahari karena berdasarkan keadaan dilokasi tanaman jati yang tumbuh kerdil tersebut berada dibawah naungan tajuk tanaman jati yang lainnya sehingga penyerapan sinar matahari dari atas kurang.Tegakn jati pada lokasi praktikum mempunyai bentuk tajuk yang seragam, yaitu berbentuk kerucut.Hal ini dipengaruhi oleh bentuk percabangan yang dimilikinya, yaitu cabang bawahnya mempunyai panjang yang sedang, cabang pada bagian tengahnya lebih panjang dari cabang pada bagian bawahnya dan cabang yang paling atas semakin mengecil.Sehingga tajuk yang terbentuk pun menyerupai kerucut.
            Tegakan jati super, Tectona grandis tersebut jarak tanamnya agak rapat sehingga menyebabkan bentuk batang yang lurus, silindris dan tekstur pohon kasar serta berwarna coklat. Namun berdasarkan pengamatan, beberapa tanaman jati tidak mendapatkan cahaya penuh yang berperan dalam proses fotosintesis karena terhalang oleh tajuk yang rapat sehingga proses fotosintesis terganggu dan berakibat hasil fotosintesis yang dihasilkan relatif sedikit sehingga yang mendapatkan sari – sari makanan hanya bagian atas saja.

4. komposisi tegakan
Pada lokasi praktikum komposisi pembentuknya selain terdapat jati super (Tectona grandis) terdapat pula tanaman lain, yaitu mangga atau Mangifera indica. Akan tetapi, pada saat membuat plot dengan ukuran 15 x 15 meter tanaman yang terdapat dalam plot tersbut dan yang menjadi objek pengamatan hanya tanaman jati.
Berdasarkan jenis asosiasi yang dapat diamati pada tegakan jati Fakultas Sastra dapat dikatakan,  asosiasi yang terjadi pada tegakan jati adalah persaingan antar pohon untuk mendapatkan cahaya, air, dan nutrisi. Tectona grandis dapat pula dikatakantermasuk jenis yang mampu membentuk hubungan yang baik dengan tanaman lainnya yang ada diantara tegakan tersebut, yaitu karena dapat saling berdampingan hidup dalam satu tegakan baik dengan sejenisnya sendiri maupun dengan jenis lain yang ada disekitarnya.Asosiasi itu sendiri adalah gabungan, pertautan atau dapat pula dikatakan suatu perhubungan.




BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan praktikum ini adalah :
1.      Tectona grandis yang tumbuh rapat dengan jarak tanam yang dekat  memiliki pertumbuhan tinggi yang cepat karena bersaing untuk memperoleh cahaya matahari, memiliki tajuk yang kecil dan tidak lebat dan memliki batang silinder, serta bentuk batang yang kecil.
2.      Habitus ( bentuk tajuk ) dari pohon Jati Super  Tectona grandis adalah berbentuk kerucut. Hal ini dipengaruhi oleh bentuk percabangan yang dimilikinya.
3.      Tegakan jati super ( Tectona grandis ) pada Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin merupakan salah satu tanaman yang digolongkan kedalam jenis pohon intoleran, yaitu jenis tanaman yang membutuhkan cahaya matahari mulai dari fase semai hingga dewasa.
4.      komposisi pembentuk tegakannya dominan jati sehingga disebut tegakan jati, meskipun terdapat tanaman lain seperti mangga (Mangifera indica). Serta tidak terdapat anakan dibawah tegakan karena merupakan tegakan yang seumur.


B.     Saran

Kepada asisten agar lebih memberikan bimbingan dan arahan yang baik terhadap para praktikannya, baik saat dilokasi praktikum dan juga saat proses pembuatan laporan serta pada saat asistensi laporan. Tetap ramah dan bijaksana dalam menghadapi praktikan.




DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2009. Perubahan Komposisi Dan Struktur Tegakan Hutan Produksi Alam Dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII).http://boymarpaung.wordpress.com/tag/komposisi/. Diakses pada tanggal 14 Mei 2012.

Anonim. 2010. Kajian Jati Plus. http://hutanalam.blogspot.com/2010/02/kajian-jati-plus.html. Diakses pada tanggal 14 mei 2012.

Anonim.2011. Perspektif Silvika dalam Pengelolaan Hutan.http:// www.smkdarunnajah.sch.id/2011/08/perspektif-silvika-dalam pengelolaan.html# comment-form.Diakses pada tanggal 14 Mei 2012.

Irwanto.2006. Perspektif silvika dalam keanekaragaman hayati dan silvikultur.http://indonesiaforest.net/amdal_kehutanan.html. Diakses pada tanggal 14 Mei 2012.

Marsono, Dj. 1984. Peningkatan Produktivitas Dalam Pembangunan Hutan Alam Berkelanjutan. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ekologi Hutan pada Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.

Pasaribu, David. 2012. Silvika.http://davidpas.blogspot.com/2010/02/silvika.html.Diakses pada tanggal 14 Mei 2012.




















LAMPIRAN

2 komentar:

  1. Sudah bagus tinggal sedikit diperbaiki bisa menghasilkan jurnal. catatan sudah bisa bahan acuan untu skiripsi denganbeberapa judul :sosial dan lingkungan, pendapatan masyarakat dari pohon jati dan pertumbuhan jati (volume).

    BalasHapus