Minggu, 07 April 2013

Pertumbuhan Pohon abnormal "Tectona grandis"




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Jati ( Tectona grandis ) merupakan salah satu jenis pohon yang nilai ekonomi dan kualitasnya tinggi. Diantara yang membuat jati lebih istimewa yaitu kayu jati memperlihatkan seni dekoratif yang terbentuk secara alami akibat aktivitas cambium setipa tahunnya yang menyebabkan terbentuknya lingkaran tahun. Berdasarkan tema praktikum kali ini yaitu setiap praktikan dengan satu pohon yang pertumbuhannya tidak normal, jati kompleks Asrama Putri Unit III Universitas Hasanuddin merupakan pohon yang sesuai dengan criteria praktikum kali ini. Pada umumnya jati menurut beberapa referensi dari situs di internet memiliki ciri fisik seperti batang yang bulat yang tinggi dengan tinggi total rata-rata secara umum antara 30-40 m dan tinggi bebas cabangnya 18-20 m.
Pertumbuhan pohon berdasarkan keadaan-keadaan tertentu tidak semuanya dapat tumbuh dengan normal atau semestinya. Fenotipe suatu pohon bisa saja terlihat berbeda hal ini dapat disebabkan apabila dipengaruhi keadaan lingkungan sekitar. Keadaan lingkungan sekitar akan saat mempengaruhi jenis adaptasi yang terjadi pada suatu pohon. Sehingga bentuk adaptasi yang terlihat akan membuat pohon pertumbuhannya terkesan tidak normal.


B.     Tujuan dan Kegunaan
Praktikum individu mengenai pohon yang pertumbuhannya tidak normal bertujuan agar mahasiswa yang mengambil Mata Kuliah Pertumbuhan Pohon dan Kualitas Kayu mampu membedakan pohon yang pertumbuhannya normal dan tidak normal dan mampu untuk memberikan deskripsi terhadap pohon bersangkutan yang diamati.
Adapun kegunaannya hasil praktikum dan laporan dapat menjadi pelajaran bagi mahasiswa selaku praktikan dan bagi pembaca.


BAB II
METODOLOGI  PRAKTIKUM


A.    Waktu dan Tempat
Praktikum tentang pohon yang pertumbuhannya tidak normal yang dilakukan secara individu dilaksanakan pada Jum’at 15 maret 2013 pukul 08.00-selesai WITA pada Laboratorium Teknologi Hasil Hutan Universitas Hasanuddin Makasssar dan Sabtu 16 Maret 2013 melakukan pengamatan pohon di kompleks Asrama Mahasiswi Unit III Universitas Hasanuddin Makassar.

B.     Alat dan bahan
Dalam praktikum mencari,mengamati serta mendeskripsikan suatu pohon yang pertumbuhan atau keadaannya tidak normal menggunakan alat dan bahan, yaitu :
-          Kamera
-          Alat tulis menulis
-          Pohon yang termasuk pertumbuhannya tidak normal (Tectona grandis)
-          Tali raffia dan tip ex untuk menandai pohon

C.     Prosedur Kerja
1.      Mencari pohon yang pertumbuhannya tidak wajar atau tidak normal seperti pada umumnya
2.      Memberikan tanda pada pohon tersebut
3.      Mengamati dan mengambil gambar pohon tersebut ( Tectona grandis ) menggunakan kamera pada bagian yang pertumbuhannya tidak normal/lazim dan mengambil pula gambar pohon secara penuh
4.      Mencatat poin-poin penting yang akan dideskripsikan sesuai dengan tema praktikum mengenai pohon yang tidak normal pertumbuhannya
5.      Melakukan deskripsi seputar pohon tersebut ( Tectona grandis ) pada laporan.


BAB III
HASIL  DAN  PEMBAHASAN

A.    Hasil








B.     Pembahasan
            Tectona grandis dapat tumbuh pada tempat dengan suhu 27°-36°C, didataran rendah maupun dataran tinggi dan jati akan tumbuh baik kondisi pH tanah 4.5 – 7. Jati dapat kita temui di hutan dan di tempat pengelolaan atau pengusahaan hutan untuk memperoleh kayu. Pada hutan dengan jati tumbuh alami didalamnya diketahui bahwa bentuk jadi pada umumnya lurus dengan batang yang bulat dan tajuk yang tidak begitu besar luasannya. Namun berbeda dengan Tectona grandis yang berada pada kompleks Arsama Mahasiswa putri Unit III Universitas Hasanuddin, tepatnya terletak antara kantin dan belakang gedung asrama blok A. Pohon tersebut memiliki tiga batang dan ketiganya memiliki penampilan batang yang membengkok keluar. Hal yang menyebabkan satu pohon tersebut memilki tiga batang karena dahulunya terdapat pohon jati yang sama pada tempat tumbuh jati tersebut yang sudah ditebang dan dapat dilihat pada gambar masih terdapat sedikit bekas yang menunjukkan bahwa pernah ada pohon yang hidup tepat dibawah pohon jati yang menjadi objek pengamatan kali ini. Namun, yang menjadi sasaran pengamatan mengenai pohon yang pertunbuhannya abnormal terdapat pada bentuk batang pohon jati tersebut yang membengkok keluar.
            Batang yang terlihat paling bengkok dari ketiga batang pada pohon tersebut terdapat di batang paling timur. Batang tesebut pada dasarnya memiliki batang yang miring atau bengkok namun, karena terdapat cabang yang sudah mati dan terlepas dari batang maka batang tersebut terlihat sangat bengkok. Hal ini terlihat pada bekas yang berupa lubang pada batang paling timur tersebut yang menandakan dulu pernah terdapat cabang yang tumbuh.
Pembengkokan batang tersebut terjadi akibat kebutuhan untuk memperoleh cahaya. Jumlah batang yang ada, yaitu sebanyak tiga batang dengan jumlah daun dan terlihat memiliki tajuk sendiri membuat jenis Tectona grandis tersebut membengkokkan batangnya untuk memperoleh cahaya. Ditambah lagi Tectona grandis tersebut diapit oleh kantin dengan dua lantai dan gedung asrama blok A yang berlantai tiga. Kantin tersebut sebagian bangunannya berada disebelah timur sehingga apabila matahari terbit Tectona grandis tersebut tidak dapat memperoleh cahaya matahari dengan optimal. Sementara proses fotosintesis pada tanaman berklorofil akan berlangsung lebih bannyak saat pagi hari. Hal itulah yang menyebabkan terjadi adaptasi berupa pembengkokan batang pada Tectona grandis tersebut.




BAB IV
KESIMPULAN  DAN  SARAN

A.    Kesimpulan
-          Tectona grandis yang tumbuh di kompleks Asrama Putri Unit III Universitas Hasanuddin memiliki kelainanan pada bentuk batang yang membengkok karena factor lingkungan, yaitu terdapat bangunan pada sebelah timur yang menghalangi cahaya matahati saat pagi hari.
-          Bentuk batang Tectona grandis yang paling timur terlihat lebih bengkok dari dua batang yang lainnya karena dahulunya terdapat cabang antara bengkokan tersebut hal ini terlihat dari lubang yang terdapat pada batang menunjukkan pernah terdapat cabang pada bagian tersebut.
-          Keadaan lingkungan tempat tumbuh Tectona grandis tersebut sangat mempengaruhi model adaptasi yang terjadi pada bentuk batangnya.




Kamis, 24 Mei 2012

I love Bahasa Indonesia "Penyuluh dan Penyuluhan"


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Indonesia patut bersyukur karena dikaruniai hutan yang luas dan memiliki keanekaragaman yang tinggi. Menyempitnya luas hutan hujan tropika di Indonesia akibat eksploitasi pohon dari jenis-jenis komersil, perladangan berpindah, perambahan hutan dan masalah pelestariannya akhir-akhir ini menjadi pembicaraan masyarakat internasional maupun masyarakat Indonesia sendiri. Kondisi di atas menyebabkan semakin terkurasnya luas hutan alam tropis yang dikhawatirkan akan memberi dampak negatif terhadap kehidupan umat manusia. Indonesia memiliki 10% hutan tropis dunia yang masih tersisa. Hutan Indonesia memiliki 12% dari jumlah spesies binatang menyusui/mamalia, pemilik 16% spesies binatang reptil dan ampibi, 1.519 spesies burung dan 25% dari spesies ikan dunia. Sebagian diantaranya adalah endemik atau hanya dapat ditemui di daerah tersebut. Luas hutan alam asli Indonesia menyusut dengan kecepatan yang sangat mengkhawatirkan.  Hingga saat ini, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72 persen (World Resource Institute, 1997).  Penebangan hutan Indonesia yang tidak terkendali selama puluhan tahun dan menyebabkan terjadinya penyusutan hutan tropis secara besar-besaran.  Laju kerusakan hutan periode 1985-1997 tercatat 1,6 juta hektar per tahun, sedangkan pada periode 1997-2000 menjadi 3,8 juta hektar per tahun. Hal ini menjadikan Indonesia merupakan salah satu  tempat dengan tingkat kerusakan hutan tertinggi di dunia. Berdasarkan hasil penafsiran citra landsat tahun 2000 terdapat 101,73 juta hektar hutan dan lahan rusak diantaranya seluas 59,62 juta hektar berada dalam kawasan hutan (Badan Planologi Dephut, 2003). Pada abad ke-16 sampai pertengahan abad ke-18, hutan alam di Jawa diperkirakan masih sekitar 9 juta hektar. Pada akhir tahun 1980-an, tutupan hutan alam di Jawa hanya tinggal 0,97 juta hektar atau 7 persen dari luas total Pulau Jawa. Saat ini, penutupan lahan di pulau Jawa oleh pohon tinggal 4 %. Pulau Jawa sejak tahun 1995 telah mengalami defisit air sebanyak 32,3 milyar meter kubik setiap tahunnya. Dengan semakin berkurangnya tutupan hutan Indonesia, maka sebagian besar kawasan Indonesia telah menjadi kawasan yang rentan terhadap bencana, baik bencana kekeringan, banjir maupun tanah longsor. Sejak tahun 1998 hingga pertengahan 2003, tercatat telah terjadi 647 kejadian bencana di Indonesia dengan 2022 korban jiwa dan kerugian milyaran rupiah, 85% dari bencana tersebut merupakan bencana banjir dan longsor yang diakibatkan kerusakan hutan (Bakornas Penanggulangan Bencana, 2003) Selain itu, Indonesia juga akan kehilangan beragam hewan dan tumbuhan yang selama ini menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Sementara itu, hutan Indonesia selama ini merupakan sumber kehidupan bagi sebagian rakyat Indonesia. Hutan merupakan tempat penyedia makanan, penyedia obat-obatan serta menjadi tempat hidup bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Dengan hilangnya hutan di Indonesia, menyebabkan mereka kehilangan sumber makanan dan obat-obatan. Seiring dengan meningkatnya kerusakan hutan Indonesia, menunjukkan semakin tingginya tingkat kemiskinan rakyat Indonesia, dan sebagian masyarakat miskin di Indonesia hidup berdampingan dengan hutan. Hutan Indonesia juga merupakan paru-paru dunia, yang dapat menyerap karbon dan menyediakan oksigen bagi kehidupan di muka bumi ini. Fungsi hutan sebagai penyimpan air tanah juga akan terganggu akibat terjadinya pengrusakan hutan yang terus-menerus. Hal ini akan berdampak pada semakin seringnya terjadi kekeringan di musim kemarau dan banjir serta tanah longsor di musim penghujan. Pada akhirnya, hal ini akan berdampak serius terhadap kondisi perekonomian masyarakat.
Angka-angka dan fakta-fakta tersebut di atas patut menjadi bahan renungan secara lebih mendalam khususnya mengenai akibat-akibat lanjutannya dalam wujud kehancuran sumber-sumber alam yang terjadi secara berangsur-angsur tapi pasti.
Penyuluhan kehutanan (yang akan dibahas pada materi ini) merupakan salah satu unsur yang perlu “sangat diperhatikan” karena media ini adalah salah satu ujung tombak digaris depan keberhasilan pembangunan kehutanan. Betapa tidak! jumlah penduduk yang terus bertambah dengan laju pertumbuhan yang tinggi, sudah pasti memerlukan lahan dan kayu yang semakin tinggi pula. Sasaran tunggal untuk mendapatkan keduanya adalah hutan dan hal itu tidak dapat dipungkiri ataupun dielakkan. Masalah yang kemudian timbul adalah bagaimana memanfaatkannya secara lestari dan berkesinambungan. Selain itu masyarakat desa yang semakin terdesak akhirnya menjadi “lapar lahan” dan merambah hutan walau hutan lindung sekalipun. Mereka kebanyakan mengaku “tidak tahu” kalau hutan lindung dilarang untuk ditebang atau lokasi hutan yang dibukanya adalah daerah terlarang untuk melakukan kegiatan.
Disinilah peran penyuluh kehutanan sangat diharapkan. Namun dibalik semua itu, sangat diharapkan pula adanya tingkat pengetahuan yang memadai bagi para penyuluh tentang metode-metode penyuluhan kehutanan.
Karena itulah di dalam makalah ini hendak untuk dipaparkan tentang penyuluh kehutanan dan metode-metode penyuluhan kehutanan, sasaran penyuluhan dan materi dalam penyuluhan dengan maksud untuk mensejahterakan masyarakat dan tetap menjaga kelestarian hutan.      


B.     Rumusan Masalah
1.      Apa sebernanya yang dimaksud penyuluh kehutanan ?
2.      Apa yang dimaksud penyuluhan kehutanan ?
3.      Bagaimana fungsi dan peran penyuluhan kehutanan ?
4.      Hal apa saja syarat kualifikasi menjadi penyuluh kehutanan?
5.      Hal apa saja yang disampaikan dalam penyuluhan kehutanan ?
6.      Siapa yang menjadi sasaran bagi penyuluhan kehutanan ?
 


C.    Tujuan
Tujuan penyusunan makalah  yang berjudul “ Penyuluhan dalam Konteks Ilmu Kehutanan”, yaitu agar para pembaca:
·         Mengetahui penyuluh dan penyuluhan kehutanan.
·         Mengetahui fungsi dan peran dari profesi penyuluh kehutanan dan kegiatan penyuluhan kehutanan.
·         Mengetahui sasaran dari kegiatan penyuluhan kehutanan

D.    Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari penyusunan makalah ini, yaitu para pembaca dapat memperoleh pengetahuan serta wawasan baru mengenai salah satu bidang ilmu dalam Kehutanan dalam hal ini mengenai Penyuluhan Kehutanan.




BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Penyuluhan Kehutanan

Penyuluh Kehutanan adalah seseorang yang atas nama pemerintah atau lembaga penyuluhan berkewajiban untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sasaran penyuluhan untuk mengadopsi inovasi.
Istilah penyuluhan pada dasarnya diturunkan dari kata "Extension” yang dipakai secara meluas di banyak kalangan. Extension itu sendiri diartikan sebagai perluasan atau penyebarluasan, dengan demikian ada unsur penyebarluasan sesuatu yang berbau informasi yang terkandung di dalam kata Extension. Jika dikaitkan dengan masalah kehutanan, maka Penyuluhan Kehutanan menurut Mahbub (2011:4) dapat berarti :
Proses penyebarluasan informasi yang berkaitan dengan upaya konservasi sumber daya hutan demi tercapainya tingkat penggunaan lahan hutan yang bijaksana, berkesinambungan dan lestari yang hasil dari kegiatan tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga masyarakat yang berdiam di sekitar hutan.
Penyebarluasan informasi yang dimaksud dalam hal ini sebenarnya mencakup penyebaran beragam informasi. Ditinjau dari segi materinya informasi tersebut dapat berupa:
1.            Ilmu dan teknologi yang bermanfaat bagi usaha peningkatan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat.     
2.            Analisis ekonomi yang bekaitan dengan upaya memperoleh pendapatan atau keuntungan dari suatu kegiatan yang komplementer antara ekologi dan ekonomi.
3.            Ragam kelembagaan yang diperlukan untuk menunjang upaya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap fungsi ganda hutan.
4.            Upaya-upaya yang harus dilakukan untuk melakukan rekayasa sosial demi tercapainya kesadaran masyarakat terhadap fungsi ganda hutan.
5.            Peraturan dan kebijaksanaan yang harus diterapkan dan dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait.
Selain itu penyebaran informasi dalam penyuluhan kehutanan juga mencakup: penyebaran informasi yang berlangsung antara penentu kebijakan, antara peneliti, antar penyuluh, antar petani maupun antar pihak-pihak yang berkedudukan setingkat yang dalam proses pembangunan kehutanan.
Penyuluhan kehutanan dapat pula berarti suatu cara atau usaha pendidikan yang bersifat non formal untuk masyarakat di desa sekitar hutan.            

B.     Fungsi dan Peran Penyuluhan Kehutanan
Penyuluhan kehutanan adalah suatu proses penyerbaluasan informasi dengan tujuan untuk konservasi demi tercapainya penggunanaan dan pemanfaatan hutan dengan baik, bijaksana dan berkesinambungan, mempunyai fungsi dan peran yang besar dalam menyampainya informasi sebagai sarana memperoleh ilmu pengetahuan yang terkini utamnya bagi masyarakat desa sekitar hutan. Karena masyarakat yang bermukim disekitar hutan tersebut lebih banyak bergantung dan berinteraksi dengan hutan sehingga peran dan fungsi dari kegiatan penyuluhan kehutanan dan profesi penyuluh kehutanan sangat penting untuk memberi bimbingan terhadap masyarakat desa yang bermukim disekitar hutan dalam memanfaatkan hutan dan tetap menjaga kelestarian hutan yang merupakan paru-paru dunia.



 Berbagai fungsi penyuluhan kehutanan itu sendiri, yaitu:
1.      Penyuluhan Kehutanan Sebagai Proses Komunikasi
Penyuluhan kehutanan merupakan komunikasi yang bersifat dua arah. Ada penyuluh kehutanan sebagai penyampai (komunikator) yang bersifat sosial dan ada masyarakat sebagai penerima penyampai (komunikan) yang bersifat individu. Sifat sosial dan individu ini akan saling mempengaruhi dalam suatu proses yang berkesinambungan.
Komunikasi dalam penyuluhan sangat ditentukan oleh bentuk hubungan antara penyuluh selaku komunikator dengan sasaran yaitu masyarakat selaku komunikan. Jika antara kedua belah pihak telah terjadi penyesuaian, komunikasi akan berjalan lancar. Dalam hal ini komunikator senantiasa harus mencoba mencapai kesesuaian dengan komunikan. Artinya apa yang disampaikan penyuluh harus pula dimengerti oleh masyarakat dalam suatu persamaan persepsi.
Proses-proses yang terjadi antara komunkator dengan komunikan dapat dilihat pada bagan di bawah ini:
          Komunikator                                                         Komunikan
          ( Penyuluh )                                                           (Sasaran/Masyarakat)


 
 Menerangkan                                                         Mengerti


 
 Mendidik                                                               Bersedia belajar


 
 Mempengaruhi                                                       Memutuskan untuk menerima 

2.      Penyuluhan Kehutanan Sebagai Proses Penerangan

Dalam bahasa Indonesia, istilah penyuluhan berasal dari kata dasar “suluh” yang berarti pemberi terang di tengah kegelapan. Bertitik tolak dari pengertian tersebut maka penyuluhan kehutanan dapat diartikan:
Proses untuk memberikan penerangan kepada masyarakat tentang segala sesuatu yang belum diketahui dengan jelas untuk dilaksanakan/diterapkan pada kegiatan-kegiatan kehutanan.
Tetapi penerangan yang dilakukan tidaklah sekedar “memberi penerangan", tetapi penerangan yang dilakukan melalui penyuluhan kehutanan harus berkesinambungan sampai betul-betul diyakini (oleh juru penerangan/penyuluh) bahwa segala sesuatu yang diterangkan benar-benar telah dipahami, dihayati dan dilaksanakan oleh masyarakat sasaran.
Hal ini harus benar-benar dipahami oleh semua pihak, terutama penyuluh kehutanan, bahwa penyuluh berbeda dengan sekedar "memberi tahu atau menerangkan". Artinya sebelum segala sesuatu yang disuluhkan tadi benar-benar dipahami, dihayati dan dilaksanakan/diterapkan oleh masyarakat sasarannya, penyuluh kehutanan yang bersangkutan harus terus menerus memberikan penerangannya. Seorang penyuluh kehutanan tidak boleh merasa jenuh untuk melakukan tugasnya, yaitu melaksanakan penyuluhan tentang hal yang sama. 

3.      Penyuluhan Kehutanan Sebagai Proses Perubahan Perilaku

Karena sasaran penyuluhan kehutanan adalah perubahan perilaku maka pada hakekatnya perubahan perilaku itu adalah perwujudan dari: pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dapat diamati baik langsung maupun tidak langsung dengan indera manusia. Dari keterangan tersebut maka penyuluhan kehutanan dapat diartikan:
Proses perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan keterampilan) dikalangan masyarakat agar mereka mau, tahu, dan mampu menggunakan sumber daya hutan secara lestari dan berkesinambungan.
Dalam hal ini perlu dipahami bahwa:
  1. Tahu, berarti benar-benar memahami dengan pikirannya tentang segala teknologi, serta informasi yang harus ia lakukan/kerjakan. Pengertian tehu tidak hanya sekedar dapat mengemukakan atau mengucapkan tentang apa yang ia ketahui. Akan tetapi setidak-tidaknya dapat menggunakan pengetahuannya itu dalam kegiatan-kegiatan memanfaatkan hutan. Bahkan lebih tinggi dari itu, yaitu sampai dengan tahap menganalisis, mensintesa, dan mengevaluasi segala sesuatu yang berkaitan dengan pengetahuan yang dimilikinya.
  2. Mau, dengan sukarela dan atas kemauan sendiri untuk mencari, menerima, memahami, menghayati, dan menerapkan/melaksanakan segala informasi (baru) yang diperlukan untuk peningkatan produksi, pendapatan, dan keuntungan serta perbaikan kesejahteraan keluarga/masyarakat.
  3. Mampu, baik dalam hal pengertian terampil untuk melaksanakan semua kegiatan, maupun dapat mengupayakan sendiri sumber daya (input) yang diperlukan demi peningkatan produksi, pendapatan/keuntungan dan perbaikan kesejahteraan keluarga/masyarakat.


4.      Penyuluhan Kehutanan Sebagai Proses Pendidikan
Inti dari sasaran penyuluhan kehutanan adalah perubahan perilaku melalui pendidikan yaitu suatu perubahan perilaku yang dilatarbelakangi oleh:
  1. Pengetahuan/pemahaman tentang segala sesuatu yang dinilainya lebih baik atau bermanfaat bagi dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat.
  2. Dengan kemauan sendiri tanpa paksaan dari pihak lain (keluarga, kerabat, tetangga, sahabat ataupun penguasa).
  3. Kemampuan untuk melakukan sesuatu yang menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk terjadinya suatu perubahan.
Karena itulah segi pendidikan penyuluhan kehutanan dapat diartikan suatu system pendidikan bagi masyarakat untuk membuat mereka tahu, mau dan mampu berswadaya melaksanakan upaya peningkatan produksi, pendapatan dan perbaikan kesejahteraan dari kegiatan masyarakat dalam memanfaatkan hutan.
Karena penyuluhan kehutanan merupakan pendidikan yang diarahkan kepada orang dewasa, maka hal-hal yang harus diperhatikan sebagai berikut:
  1. Metode pendidikan lebih banyak bersifat lateral yang saling mengisi dan berbagi pengalaman dibanding pendidikan yang bersifat vertical atau menggurui atau ceramah.
  2. Keberhasilannya tidak ditentukan oleh jumlah materi/informasi yang disampaikan, tetapi seberapa jauh tercipta dialog antara pendidik dengan peserta didik.
  3. Sasaran utamanya adalah orang dewasa (baik dewasa dalam arti biologis maupu psikologis).


5. Penyuluhan Kehutanan Sebagai Rekayasa Sosial

Pelaksanaan Penyuluhan Kehutanan dilapangan semata-mata berdiri sendiri sebagai suatu sistem pendidikan. Kegiatan penyuluhan kehutanan seringkali (bahkan selalu) harus dikaitkan dengan kegiatan lain sebagai salah satu sub sistem dari suatu sistem pembangunan kehutanan yang direncanakan. Karena itu pelaksanaan penyuluhan kehutanan juga memerlukan pengorganisasian yang lengkap dengan aturan tentang hubungannya dengan sub sistem yang lain di samping itu, penyuluhan kehutanan juga semakin berkembang sebagai salah satu upaya untuk mengatur, menggerakkan dan mengarahkan serta menciptakan suatu sistem sosial tertentu yang beranggotakan orang-orang dengan ketentuan memiliki perilaku tertentu sesuai dengan fungsi dan peran yang harus dimainkannya dalam sistem sosial tersebut.
Dengan perkataan lain, penyuluhan kehutanan juga merupakan proses "rekayasa sosial" untuk terciptanya perilaku dari anggota-anggotanya seperti yang dikehendaki demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan keuntungan dan perbaikan kesejahteraan keluarga petani dan masyarakat.
                   Secara umum, peran penyuluh hanya dibatasi pada kewajibannya untuk menyampaikan inovasi dan mempengaruhi sasaran penyuluhan melalui metode dan teknik-teknik tertentu sampai mereka (sasaran penyuluhan) itu dengan kesadaran dan kemampuannya sendiri mengadopsi inovasi yang disampaikan.
                   Akan tetapi, dalam perkembangannya, peran penyuluh tidak hanya terbatas pada fungsi menyampaikan inovasi dan mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sasaran penyuluhannya, akan tetapi ia harus mampu menjadi jembatan penghubung antara pemerintah atau lembaga penyuluhan yang diwakilinya dengan masyarakat sasaran, baik dalam hal menyampaikan inovasi atau kebijakan-kebijakan yang harus diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat sasaran, maupun untuk menyampaikan umpan balik atau tanggapan masyarakat kepada pemerintah/lembaga penyuluhan yang bersangkutan.
      Ada 3 macam peran penyuluh yaitu :
  1. Pencairan diri dengan masyarakat sasaran
  2. Menggerakkan masyarakat untuk melakukan perubahan-perubahan
  3. Pemantapan hubungan dengan masyarakat sasaran
             Ketiga macam peran tersebut padat diperinci sebagai berikut :
1.   Pengembangan Kebutuhan Untuk Melakukan Perubahan-perubahan
a.       Diagnosa masalah atau kebutuhan-kebutuhan yang benar-benar diperlukan oleh masyarakat sasaran
b.      Pemilihan objek perubahan yang tepat, dengan kegiatan awal yang benar-benar diyakini berhasil dan memiliki arti yang sangat strategis bagi berlangsungnya perubahan-perubahan lanjutan di masa yang akan datang
c.       Analisis tentang motivasi dan kemampuan masyarakat sasaran untuk melakukan perubahan, sehingga upaya perubahan yang direncanakan mudah diterima dan dapat dilaksanakan sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki oleh sasaran
d.      Analisis sumberdaya yang tersedia dapat digunakan oleh penyuluh untuk perubahan seperti yang direncanakan
e.       Pemilihan peran bantuan yang paling tepat yang akan dilakukan oleh penyuluh, baik berupa bantuan keahlian, dorongan/dukungan untuk melakukan perubahan, pembentukan kelembagaan atau memperkuat kerjasama masyarakat atau menciptakan suasana tertentu bagi terciptanya perubahan.
2.   Menggerakkan Masyarakat Untuk Melakukan Perubahan
      Dalam tahapan ini, kegiatan yang harus dilakukan oleh seorang penyuluh Kehutanan adalah :
a.    Menjalin hubungan yang akrab dengan masyarakat sasaran
b.   Menunjukkan kepada masyarakat sasaran tentang pentingnya perubahan-perubahan yang harus dilakukan, dengan menunjukkan masalah-masalah dan kebutuhan-kebutuhan yang belum dirasakan oleh masyarakat sasarannya
c.    Bersama-sama masyarakat, menentukan prioritas kegiatan, memobilisasi sumberdaya (mengumpulkan dana, menyelenggarakan pelatihan, membentuk dan mengembangkan kelembagaan) dan memimpin (mengambil inisiatif, mengarahkan dan membimbing) perubahan yang direncanakan.
3.   Memantapkan Hubungan Dengan Masyarakat Sasaran Melalui Kegiatan:
a.    Terus menerus menjalin kerjasama dan hubungan baik dengan masyarakat sasaran, terutama tokoh-tokohnya (baik tokoh formal maupun non formal)
b.   Bersama-sama tokoh-tokoh masyarakat memantapkan upaya-upaya perubahan dan merancang tahapan-tahapan perubahan yang perlu dilaksanakan untuk jangka panjang.
c.    Terus menerus memberikan sumbangan terhadap perubahan yang profesional melalui kegiatan penelitian dan rumusan-rumusan konseptual.
Berkaitan dengan peran penyuluh kehutanan, maka setiap penyuluh harus melaksanakan peran ganda sebagai:
a.    Guru, yang berperan untuk merubah perilaku (sikap, pengetahuan dan keterampilan) masyarakat sasarannya
b.   Penganalisa, yang selalu melakukan pengamatan terhadap keadaan (sumberdaya alam, perilaku masyarakat, kemampuan dana dan kelembagaan yang ada) dan masalah-masalah serta kebutuhan-kebutuhan masyarakat sasaran dan melakukan analisis tentang alternatif pemecahan masalah/pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut
c.    Penasehat, untu memilih alternatif-alternatif perubahan yang paling tepat  yang secara teknis dapat dilaksanakan, secara ekonomis menguntungkan dan dapat diterima oleh nilai-nilai sosial budaya setempat
d.   Organisator, yang harus mempu menjalin hubungan baik dengan segenap lapisan masyarakat (terutama tokoh-tokohnya), mampu menumbuhkan kesadaran dan menggerakkan partisipasi masyarakat, mampu berinisiatif bagi terciptanya perubahan-perubahan serta dapat memobilisasi sumber daya.

C.    Kualifikasi Penyuluh Kehutanan
Dalam setiap profesi dibutuhkan keterampilan serta kemampuan akademik tertentu untuk mendukung kinerja yang profesinal dan optimal. Semua hal itu biasa dirangkum dalam suatu kualifikasi, yaitu syarat untuk mengambil suatu profesi. Dalam setiap bidang kualifikasi yng dibutuhkan tentu saja berbeda dengan bidang lainnya.
Adapun dalam bidang kehutanan Kualifikasi yang harus dimiliki oleh seorang penyuluh kehutanan adalah :
  1. Kemampuan berkomunikasi, penyuluh harus mampu berempati dan berinteraksi dengan masyarakat sasarannya
  2. Sikap penyuluh kehutanan yang menghayati dan bangga terhadap profesinya, inovasi yang disampaikan telah teruji manfaatnya, menyukai dan mencintai masyarakat sasarannya
  3. Kemampuan pengetahuan penyuluh tentang: isi, fungsi dan manfaat dari inovasi yang disampaikan, latar belakang dan keadaan masyarakat sasarannya dan mengetahui serta memahami faktor-faktor penunjang dan penghambat terlaksananya program kegiatan.
  4. Karakteristik sosial budaya penyuluh kehutanan. Seorang penyuluh kehutanan yang baik sejauh mungkin harus memiliki latar belakang sosial budaya yang sesuai dengan keadaan sosial budaya masyarakat sasarannya. Setidak-tidaknya, jika seorang penyuluh yang akan bertugas di wilayah kerja yang memiliki kesenjangan sosial budaya yang telah dimilikinya, ia harus selalu berusaha untuk menyiapkan diri dan berusaha terus menerus mempelajari dan menghayati nilai-nilai sosial budaya masyarakat setempat.

D.    Materi Yang Disampaikan dalam Penyuluhan Kehutanan
      Materi penyuluhan kehutanan, pada hakekatnya merupakan segala pesan-pesan mengenai pengelolaan hutan yang ingin dikomunikasikan oleh seorang penyuluh kehutanan kepada masyarakat sebagai sasarannya. Dengan kata lain, materi penyuluhan adalah pesan yang ingin disampaikan dalam proses komunikasi pembangunan kehutanan.
Sebenarnya yang menjadi pokok setiap kegiatan penyuluhan kehutanan ialah proses penyampaian ilmu dan teknologi kehutanan. Ilmu bersifat teori, untuk memikirkan sesuatu. Teknologi bersifat praktis, menjalankan apa yang telah difikirkan oleh ilmu.  Jadi materi yang disampaikan kepada para petani dapat berupa pengetahuan, misalnya pemberian informasi tentang perkembangan kehutanan, atau informasi lain yang menyangkut kehutanan.  Materi yang bersifat praktis menyangkut teknologi, misalnya materi tentang cara mengerjakan tanah, cara membuat teras, cara membuat persemaian sederhana, bagaimana menanam pohon agar persentase tumbuhnya tinggi, bagaimana menanggulagi serangan hama dan sebagainya.  Dengan demikian informasi pengetahuan hanya bersifat menolong, merangsang dan memperluas pandangan petani terhadap perkembangan dunia luar.
Gagalnya hubungan atau tujuan penyuluhan kehutanan yang diharapkan, mungkin sebagian dapat disebabkan apabila ide yang disampaikan itu bertentangan dengan adat kebiasaan dan kepercayaan petani setempat.  Mungkin juga karena ide yang disampaikan tidak sesuai dengan tingkat kemampuan dan jenis kegiatan memanfaatkan hutan yang sudah biasa dilaksanakan oleh masyarakat yang diberi anjuran,  disinilah pentingnya pemilihan materi apa yang sesuai untuk suatu daerah, karena adanya perbedaan adat, kepercayaan, tingkat kemampuan dan jenis kegiatan yang berbeda satu dengan lainnya.
Dengan adanya metode dan media penyuluhan kehutanan, materi yang  akan disampaikan harus sesuai pula dengan metode dan media yang akan digunakan. Sifat dan dasar materi yang disampaikan melalui media perorangan akan berbeda dengan sifat materi yang disampaikan media kelompok, ataupun media massa.
Pada umumnya masyarakat tani lebih cepat menerima ide yang berpengaruh langsung pada produksi daripada ide yang tidak atau kurang langsung dirasakan. Misalnya, dalam suatu kegiatan Agroforestry, penggunaan pupuk yang baru akan lebih cepat diterima dibandingkan dengan pemberian informasi tentang cara menggunakan pestisida baru, sebab pengaruh atau akibat pupuk lebih langsung terasa dalam kenaikan produksi usaha Agroforestrynya.
Demikian halnya penyampaian informasi tentang sesuatu yang sedang populer di kalangan masyarakat, akan lebih cepat diterima daripada materi yang terlalu baru. Misalnya dikalangan petani sedang populer atau ramai-ramai menanam cengkeh, maka materi yang menyangkut cara menanam cengkeh yang baik akan lebih cepat diterima dan dimanfaatkan daripada memperkenalkan varites cengkeh yang baru. Sebab ketidakpastian mengenai hal yang baru (teknologi) biasanya masih menjadi trauma dikalangan petani.
Petani akan lebih percaya bilamana dapat melihat sendiri apa yang dianjurkan. Ada suatu anggapan bahwa "otak petani itu dimatanya". Petani akan lebih mengerti bilamana dapat melihat sendiri apa yang dianjurkan. Misalnya demonstrasi akan lebih besar pengaruhnya terhadap perubahan kelakuan petani dibandingkan pengaruh yang diakibatkan oleh penyuluhan melalui radio, atau media massa lisan dan tulisan.
Apa yang disampaikan dalam penyuluhan kehutanan pada akhirnya diharapkan petani mau menerima, mempelajari, memanfaatkan, memiliki serta akan mengaplikasikannya dalam kegiatan memanfaatkan hutan.
Agar setiap materi penyuluhan kehutanan dapat diterima, dimanfaatkan dan diaplikasikan oleh petani, sifat yang harus dipunyai oleh materi penyuluhan kehutanan pada umumnya harus :
a)      Diperlukan oleh masyarakat tani kebanyakan; artinya harus disesuaikan dengan jenis kegiatan petani dalam memanfaatkan hutan dan kegiatan usahatani masyarakat setempat yang merupakan usaha perbaikan dari apa yang sudah dilakukan sebelumnya.
b)      Dapat dilaksanakan, sesuai dengan tingkat kemampuan saasaran.
c)      Mengena pada perasaan, artinya tidak bertentangan dengan adat kebiasaan, kepercayaan dan pola-pola petani dalam memanfaatkan hutan yang sudah bisa dikerjakan.  Kalau ada kegiatan yang bersifat merusak hutan dan kegiatan tersebut akan dihentikan, maka materi yang disampaikan haruslah memakai cara-cara persuasif sehingga masyarakat bisa meninggalkan kebiasaan buruk tersebut tanpa merasa tersinggung.
d)     Memberi atau berakibat adanya keuntungan ekonomis; apa yang disampaikan harus lebih baik dari apa yang pernah dikerjakan oleh petani sebelumnya, ada pengaruh terhadap kenaikan taraf hidup keluarga petani.
e)      Mengesankan, artinya apa yang disampaikan berkesan di hati sehingga merangsang untuk berbuat seperti yang dianjurkan.
f)       Mendorong ke arah kegiatan; artinya materi harus diupauakan sedemikian rupa sehingga sasaran mau memperhatikan, mencoba menerima dan melaksanakannya.
g)      Materi yang disampaikan dalam penyuluhan kehutanan dapat berbentuk:
1)      Dapat dilihat, misalnya materi yang disampaikan melalui slide, foto, pola yang diperbesar, surat menyurat, surat kabar, majalah dan melalui media lainnya dalam bentuk tulisan atau gambar statis.
2)      Dapat didengar, seperti halnya penyuluhan melalui siaran radio (siaran pedesaan)
3)      Dapat didengar dan dilihat; misalnya materi yang disampaikan melalui media film, televisi dan dalam peragaan selama pertemuan atau kursus tani.
4)      Langsung dapat dipraktekkan; cara ini terutama terjadi dalam kegiatan demonstrasi dan peragaan dari suatu alat atau sarana.  Misalnya kursus singkat penanganan lebah madu.
5)      Materi manakah yang paling besar pengaruhnya atau paling baik untuk digunakan dalam penyuluhan kehutanan? Untuk menjawab pertanyaan iini perlu diketahui hasil penelitian para ahli tentang daya tangkap seseorang terhadap sesuatu dalam proses belajar sebagai berikut:
Ø  20  %   jika materi informasi diterima hanya melalui pendengaran.
Ø  30  %   jika hanya diterima melalui penglihatan
Ø  60  %   jika diterima melalui penglihatan dan pendengaran.
Ø  75  %   jika dilaksanakan melalui peragaan (sasaran dapat melihat, 
mendengar dan mempraktekkan atau memperagakannya sendiri)

Data di atas menujukkan bahwa sasaran akan lebih cepat menerima sesuatu jika mereka diajak mengerjakan dalam kegiatan yang sedang dianjurkan.
Berbicara mengenai inovasi, maka di dalam inovasi terdapat dua tipe pesan yaitu pesan ideologi dan pesan informatif.
  1. Pesan Ideologis, ialah konsep dasar yang melandasi dan dijadikan alasan untuk melaksanakan perubahan-perubahan atau pembangunan yang direncanakan demi terwujudnya perbaikan mutu hidup. Sebagai contoh, pembangunan di Indonesia memilih "Pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh seluruh masyarakat Indonesia demi terwujudnya masyarakat adil dan makmur, materil dan spiritual berdasarkan Pancasila", sebagai pesan ideoliogisnya.
Pesan ideologis seperti itu, terus menerus dimasyarakatkan dan ditanamkan ke dalam lubuk hati segenap warga masyarakat, baik sebelum perencanaan program-program pembangunan maupun proses pelaksanaan dengan maksud untuk menumbuhkan dan menggerakkan partisipasi masyarakat, serta menjaga agar pembangunan dapat terus berlangsung dan mencapai tujuan yang diinginkan.
  1. Pesan Informatif, ialah segala bentuk informasi yang berkaitan dengan dan bergantung pada pesan ideologisnya. Pesan informatif dapat berbentuk kebijakan pembangunan, nilai-nilai sosial budaya dan semua informasi yang berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai serta segala macam upaya yang ingin dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan pembangunan yang direncanakan. Seperti ide-ide, metode, petunjuk teknis, informasi teknologi baru dan sebagainya.
Ragam materi penyuluhan kehutanan mencakup:
a.       Kebijakan dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan kehutanan (baik dari tingkat pusat sampai di tingkat lokal), seperti pola kebijakan umum pembangunan kehutanan, kebijakan harga dasar, penyaluran kredit usaha tani, distribusi sarana produksi, pengelolaan air dan lain-lain.
b.      Hasil-hasil penelitian/pegujian dam rekomendasi teknis yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.
c.       Pengalaman petani yang telah berhasil.
d.      Informasi pasar seperti: harga barang, penawaran dan permintaan produk usaha tani dan lain-lain.
e.       Petunjuk teknis mengenai penggunaan alat dan saprodi.
Informasi tentang kelembagaan dan kemudahan-kemudahan yang berkaitan dengan pembangunan kehutanan, misalnya informasi tentang pusat-pusat informasi kehutanan, lembaga penelitian kehutanan, lembaga keuangan dan perbankan, lembaga pemasaran saprodi, perlengkapan kegiatan usaha tani, produk usaha tani dan lain-lain.
f.       Dorongan dan rangsangan untuk terciptanya swakarsa, swadana dan swadaya masyarakat.
Beberapa petuah yang perlu menjadi pegangan penyuluh kehutanan.
1)      Seorang yang melihat, lebih baik daripada seribu orang yang mendengarkan.
2)      Sebuah gambar yang baik, lebih berharga daripada seribu kata-kata.
3)      Pak tani akan lebih percaya bilamana ia dapat melihat dengan mata kepala sendiri apa yang sedang dinjurkan.
4)      Jika saya mendengar, saya lupa.
5)      Jika saya melihat saya ingat dan tahu.
6)      Jika saya mengerjakan saya mengerti dan mengenal.

Beberapa contoh materi yang dapat dibawakan dalam proses penyuluhan kehutanan, diantaranya :
1). Teknologi benih. Menurut Sutopo (2010:1) Teknologi benih adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai cara-cara untuk dapat memperbaiki sifat-sifat genetik dan fisik dari benih, yang mencakup kegiatan-kegiatan seperti pengembangan varietas, penilaian dan pelepasan varietas, produksi benih, pengolahan penyimpanan, pengujian serta sertifikasi benih.
Dalam proses penyuluhan teknologi benih menurut Sutopo (2010:2) hal-hal yang perlu diperhatikan penyuluh dalam materinya, yaitu :
a.       Mutu genetik dari benih yang menjadi sasaran penyuluhan. Mutu genetik merupakan penampilan benih murni dari spesies atau varietas tertentu yang menunjukkan identitas genetik dari tanaman induknya, mulai dari benih penjenis, benih dasar, benih pokok sampai benih besar.
b.      Mutu fisiologik benih. Mutu fisiologi menampilkan kemampuan daya hidup atau viabilitas benih yang mencakup daya kecambah dan kekuatan tumbuh benih.
c.       Mutu fisik. Mutu fisik merupakan penampilan benih secara prima bila dilihat secara fisik, antara lain dari ukuran yang homogen, bernas, bersih dari campuran benoih lain, benih gulma dan dari berbagai kontaminasi lainnya.
Selain hal tersebut diatas hal-hal yang oerlu diperhatikan penyuluh, yaitu faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pembenihan. Menurut Kartasapoetra ( 2003: 13-14) faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pembenihan adalah :
a.       Faktor sifat tanaman
b.      Faktor keadaan tanaman
c.       Faktor kultur teknik dan pemeliharaan
d.      Faktor lokasi lahan untuk mengembangkan tanaman pembenih.
Tanpa memperhatikan keempat faktor diatas, maka sulit untuk memperoleh benih-benih ynga baik , sehingga viabilitas (kelangsungan hidup perkembangan tanaman) sukar dipertahankan, mengingat benih yang dipakai merupakan hasil pengelolaan yang kurang baik.   
2). Agroteknologi. Agroteknologi yaitu ilmu pengetahuan yang mengombinasikan ilmu kehutanan, ilmu pertanian dan peternakan dalam satu areal. Ilmu kehutanan dalam hal ini maksudnya menyertakan tanaman kehutanan yang mempunyai nilai tinggi dalam ekonomi. Ilmu pertanian, yaitu menyertakan tanaman pertanian seperti kacang-kacangan, polong-polongan dan sebagainya. Akar dari kacang-kacangan dan polong-polongan terdapat bakteri dan jamur yang dapat menyuburkan tanaman kehutanan. Sedangakn pada ilmu peternakan yang dimaksud adalah mengikut sertakan pula binatang ternak. Sistem ini mempunyai jenis interaksi simbiosis mutualisme, yaitu hubungan yang saling menguntungkan.
Materi lain yang dapat dibawakan dalam penyuluhan kehutanan sebernarnya sangat banyak. Tujuan dari semua materi yang disampaikan dari proses penyuluhan, yaitu memberdayakan masyarakat serta menjadikan masyarakat lebih sejahtera dengan pemanfaatan sumber daya alam dan tetap berkesinambungan.


E.     Sasaran Penyuluhan Kehutanan
Selaras dengan pengertiannya, sasaran penyuluhan disini yaitu siapa sebenarnya yang disuluh, atau ditujukan kepada siapa penyuluhan kehutanan itu. Jadi bukan diartikan tujuan yang hendak dicapai oleh penyuluhan kehutanan.
Sasaran penyuluhan kehutanan adalah petani dan keluarganya. Pernyataan seperti ini tidak dapat disangkal, sebab pelaksanaan utama pembangunan kehutanan di pelosok-pelosok adalah para petani dan keluarganya. Pengalaman lapangan menunjukkan bahwa sasaran penyuluhan kehutanan sebenarnya tidak boleh hanya petani saja, melainkan seluruh warga masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung memiliki peran dalam kegiatan pembangunan kehutanan. Mereka itu dapat dikelompokkan dalam :
a.       Sasaran Utama Penyuluhan Kehutanan
Sasaran utama dalam penyuluhan kehutanan adalah sasaran penyuluhan yang secara langsung terlibat dalam kegiatan pengelolaan hutan. Termasuk dalam hal ini adalah petani dan keluarganya. Sebagai sasaran utama, mereka harus jadi pusat perhatian penyuluh kehutanan, sebab mereka inilah yang secara bersama-sama selalu terlibat dalam pengambilan keputusan terakhir tentang segala sesuatu baik teknik mengelola lahan hutan, komoditi kehutanan yang akan dikembangkan, sarana-sarana produksi yang akan dipergunakan dan pengelolaan persemaian yang baik yang akan diaplikasikan dalam kegiatannya.
b.      Sasaran Penentu Dalam Penyuluhan Kehutanan
Sasaran penentu dalam penyuluhan kehutanan adalah bukan pelaksanaan kegiatan dalam memanfaatkan hutan, tetapi secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam penentuan kebijakan pembangunan kehutanan dan atau menyediakan segala kemudahan yang diperlukan petani untuk pelaksanaan dan pengelolaan hutan. Sasaran penentu penyuluhan kehutanan dalam hal ini adalah :
1)      Penguasa atau pemimpin wilayah yang memiliki kekuasaan mengambil keputusan kebijakan pembangunan kehutanan dan sekaligus bertanggung jawab atas keberhasilan pembangunan di wilayah kerjanya masing-masing.
2)      Tokoh-tokoh informal yang memiliki kekuasaan atau wibawa untuk menumbuhkan opini publik dan atau yang dijadikan panutan oleh masyarakat setempat (tokoh keagamaan, tokoh adat, politikus, guru, dsb).
3)      Para peneliti dan para ilmuan sebagai pemasok informasi/teknologi yang diperlukan.
4)      Lembaga perkreditan yang berkewajiban menyediakan kemudahan kredit bagi masyarakat yang memerlukan baik untuk pembelian saprodi, pengolahan lahan hutan termasuk upah tenaga kerja dari luar (kalau ada) dan biaya hidup keluarganya selama mengadakan pengelolaan hutan.
5)      Produsen dan penyalur sarana-sarana produksi.
6)      Pedagang dan lembaga pemasaran lainnya.
7)      Pengusaha/industri yang mengelola hasil-hasil hutan baik kayu maupun non kayu.
c.       Sasaran Pendukung penyuluhan Kehutanan
Sasaran pendukung adalah pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung tidak memiliki hubungan kegiatan dengan pembangunan kehutanan, tetapi dapat diminta bantuannya guna melancarkan program-program penyuluhan kehutanan. Sasaran pendukung tersebut adalah ; para pekerja sosial, seniman (terutama tokoh-tokoh kesenian tradisional), konsumen hasil-hasil hutan dan biro iklan utamanya iklan layanan masyarakat. Iklan layanan masyarakat ini sangat berguna mengingat jangkauan siaran televisi sudah semakin menjangkau seluruh wilayah di Indonesia apalagi dengan kehadiran televisi swasta. Iklan layanan masyarakat ini pada umumnya dibuat dengan sangat menarik dan atraktif serta menonjolkan nilai artistic yang sangat bagus, sehingga dapat menarik perhatian pihak sasaran. Salah satu contoh iklan layanan masyarakat yang sangat baik adalah iklan yang dibuat oleh Departemen Kehutanan mengenai pemanfaatan, pengelolaan dan pemanfaatan hutan tropis di Indonesia yang merupakan salah satu iklan layanan masyarakat yang terbaik di dunia meskipun banyak mendapatkan kritikan. Salah satu kendala yang dihadapi adalah mahalnya biaya pembuatan dan penayangan iklan layanan masyarakat ini. Untuk iklan seperti tersebut di atas menghabiskan biaya 40 milyar dengan memakan biaya 18 juta rupiah untuk penayangan setiap menit di televisi swasta. Karena itulah perlu dirintis pembuatan dan penayangan iklan yang murah dengan memanfaatkan fasilitas penayangan sosial yang dimiliki oleh stasiun televisi.




BAB III
PENUTUP

Simpulan
1.   Penyuluh Kehutanan adalah seseorang yang atas nama pemerintah atau
lembaga penyuluhan berkewajiban untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sasaran penyuluhan untuk mengadopsi inovasi. Adapun penyuluhan kehutanan adalah Proses penyebarluasan informasi yang berkaitan dengan upaya konservasi sumber daya hutan demi tercapainya tingkat penggunaan lahan hutan yang bijaksana, berkesinambungan dan lestari yang hasil dari kegiatan tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga masyarakat yang berdiam di sekitar hutan.
2.   Berbagai fungsi penyuluh kehutanan adalah sebagai berikut :
·         Penyuluhan Kehutanan Sebagai Proses Komunikasi
·         Penyuluhan Kehutanan Sebagai Proses Penerangan
·         Penyuluhan Kehutanan Sebagai Proses Perubahan Perilaku
·         Penyuluhan Kehutanan Sebagai Proses Pendidikan
·         Penyuluhan Kehutanan Sebagai Rekayasa Sosial
3.   Ragam materi penyuluhan kehutanan mencakup:
·      Kebijakan dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan kehutanan (baik dari tingkat pusat sampai di tingkat lokal), seperti pola kebijakan umum pembangunan kehutanan, kebijakan harga dasar, penyaluran kredit usaha tani, distribusi sarana produksi, pengelolaan air dan lain-lain.
·         Hasil-hasil penelitian/pegujian dam rekomendasi teknis yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.
·         Pengalaman petani yang telah berhasil.
4.      Sasaran dalam kegiatan penyuluhan dapat dibagi atas :
·         Sasaran utama. Sasaran utama dalam penyuluhan kehutanan adalah sasaran penyuluhan yang secara langsung terlibat dalam kegiatan pengelolaan hutan. Termasuk dalam hal ini adalah petani dan keluarganya.
·         Sasaran penentu. Sasaran penentu dalam penyuluhan kehutanan adalah bukan pelaksanaan kegiatan dalam memanfaatkan hutan, tetapi secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam penentuan kebijakan pembangunan kehutanan dan atau menyediakan segala kemudahan yang diperlukan petani untuk pelaksanaan dan pengelolaan hutan. Seperti, Penguasa atau pemimpin wilayah yang memiliki kekuasaan mengambil keputusan kebijakan pembangunan kehutanan, Tokoh-tokoh informal yang memiliki kekuasaan atau wibawa untuk menumbuhkan opini publik, Para peneliti dan para ilmuan sebagai pemasok informasi/teknologi yang diperlukan serta lain sebagainya.
·         Sasaran pendukung. Sasaran pendukung adalah pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung tidak memiliki hubungan kegiatan dengan pembangunan kehutanan, tetapi dapat diminta bantuannya guna melancarkan program-program penyuluhan kehutanan. Sasaran pendukung tersebut adalah ; para pekerja sosial, seniman (terutama tokoh-tokoh kesenian tradisional), konsumen hasil-hasil hutan dan biro iklan utamanya iklan layanan masyarakat.


 

DAFTAR PUSTAKA

Kartasapoetra, Ace G. 2010. Teknologi Benih. Rineka Cipta : Jakarta.
Purnomo, Hari. 2010. Pengantar pengendalian Hayati. Andi Offset :    Yogyakarta.
Satopo, Lita. 2010. Teknologi Benih. Rajawali Pers : Jakarta.





 Handayani_Forestry